Halooo
Happy reading...
***
Mungkin ucapan Fares tadi sangat tidak lucu bagi Tama yang berniat sok-sok-an jadi diam-diam peduli sama Winda. Selama PM tadi Tama tidak kembali kedalam kelas dan membuat Winda merasa tidak enak.
Kalo gak bisa marah ya gak usah sok marah gitu lah jadinya kan gemesin he he he, batin Winda.
Winda terus menatap jam tangannya menanti jam PM ini berakhir.
5, 4, 3, 2, 1.... "Ya sekian dari saya semoga kalian sukses di UNBK nanti, berdoa mulai."
Selesai dari berdoa Winda merapihkan alat tulisnya dan membawa tas milik Tama seizin Fares. Cusss Winda mencari keberadaan Tama.
"Eh iya lupa." Winda kembali kedalam kelasnya. "Biasanya Tama kemana?"
Fares menggelengkan kepalanya, "Yeh pea bukannya nanya dari tadi."
"Lo gak ngasih tau."
"Lah lo gak nanya."
"Ya gue mana tau kalo lo tau."
"Gue juga gak tau kalo lo belum tau."
"Tararahu hu hu hu cikiwir, asoy dah."
Sosok yang sedari tadi dicarinya, yang sedang menjadi bahan perbincangan tiba-tiba hadir ikut menyambung sebuah percakapan tanpa rasa bersalah. Kedua mata Fares dan Winda pun melongo melihat kehadiran Tama yang hanya lewat begitu saja.
Winda pun segera mengejar Tama, saat dirinya sudah menghalangi langkah Tama, bukan satu patah dua patah kata yang keluar dari mulutnya. Melainkan suara nafasnya yang memburu, you know what i mean if cewek gemuk like Winda kalo running kayak gimana. Tama pun kembali berjalan dengan santai.
"Heh kupret! Gue diet digagalin sekarang gue begini lari susah-susah malah di kacangin, tayi lo emang." Teriak Winda tapi Tama tetap melangkahkan kakinya menuju lapangan dan yang membuat Winda semakin esmosi adalah Tama memasang earphonenya. Watdepakdumbret going on.
Winda masih menetralkan deru nafasnya sambil menatap Tama yang asik memantulkan bola basketnya. Dan sekali percobaan lagi, Winda beberapa kali mengalihkan bolanya dan terus mengganggu Tama, tapi Tama? Ia terus cuek dengan keadaan semua ini.
"Ok fix gue capek teriak gak jelas udah kayak ayam yang minta makan. Intinya gue gak tau maksud lo apa marah sama gue, dan sampe sekarang pun gue gak tau disini mau ngapain."
Dengan kasar Winda mengambil tasnya dan beranjak pergi sebelum Tama mengeluarkan jurus yang membuat hati Winda melted.
"Tuh gue cuekin aja lo gak suka, tandanya lo udah mulai sayang sama gue. Kalo lo gak sayang ngapain lo segala ngejar-ngejar gue kayak gini, yakan? Udahlah Win, gak usah gengsi gitu."
Hehe nyesel bat gue begini. Hehe nyesel. Hehe malu. Ucap batinnya.
Sreekk.
"Heh tas gue 'tar putus elah." Sekali lagi masih ada bensin Winda ngegas terus.
Tama melepas earphonenya, belagak seperti cowok cool memegang bahu Winda. Winda tidak peduli, ia pun ikut memasang tampang stay cool nya.
Tama kembali tersenyum, sampai akhirnya --- "Lo kalo mau ngomong to the point deh gak usah banyak ekspresi gitu gue bukan guru senbud yang bakal nyuruh lo nunjukin 10 ekspresi."
Ah rasanya Winda ingin meninju wajah manisnya Tama. Ia terlihat begitu memainkannya.
"Yang gue takutin when lo udah bodygoals and you ninggalin gue."