Part 16. SAKIT

1.6K 115 0
                                    

Daku hadir lagi. Heheheheheh

happy reading.

***

Winda membuang nafasnya melihat ruang tamu yang begitu berantakan. Ice cream yang tumpah karena perkelahian antar dua makhluk, apalagi jaket Tama yang tertinggal ikut terkena tumpahan ice cream, nasi yang tidak habis karena Tama tidak mood makan, dan sebagainya.

Ya setelah perdebatan yang mereka lalui, Winda memaksa untuk mengantarkan Tama pulang takut terjadi apa-apa tapi Tama menolak karena ia laki-laki bukan perempuan ataupun anak kecil. Tapi takdir siapa yang tau, takdir tidak mengenal siapa yang kuat dan siapa yang lemah. Contohnya petinju, kalo di takdirin buat kepeleset ya kepeleset tuh orang. Yakan badan gede gak bisa jaga keseimbangan, ya namanya takdir kan gak tau. Eh malah bahas takdir.

"Win, maaf kalo selama ini mami masih suka larang ini-itu sama kamu. Mungkin sekarang kamu kaget kenapa tiba-tiba mami nerima Tama."

Sumpah bukan kaget lagi. Seakan-akan ada keajaiban aja gitu mami kayak gitu.

"Mami nerima Tama bukan untuk pacar atau lainnya. Waktu itu mami gak bisa jemput kamu karena emang ada kerjaan di butik luar kota, dan beruntung mami punya nomor Tama yang sempet mami cari waktu itu di ponsel kamu. Mami denger kabar disini hujan, kamu di hubungin gak bisa dan belum pulang juga. Jadi mami minta tolong Tama untuk nganter kamu pulang walaupun mami tau dia sekolah bawa motor, tapi sejauh mana ia berusaha. Mami tau dia sampe mesein taksi online buat kamu. Biasa sih, tapi bagi mami yang seperti ini hal itu bukan hal biasa. Menurut mami, Tama bisa jadi salah satu temen cowok kamu."

Iyakan temen. Gak lebih. Hehe.

"Iya Winda ngerti, makasih mi udah bolehin aku temenan sama cowok hehe."

Meskipun nyatanya mereka berdua lebih dari kata teman. Sebelum pulang tadi tiga kali Tama menanyakan hal yang sama pada Winda. Tidak ada bunga ataupun coklat. Yang ada cuma modal nekat dari keduanya. Tama nekat mengungkapkan perasaannya yang sudah lama ia pendam, Winda nekat untuk menerimanya.

Kapan lagi kan punya mantan ganteng. Hehe.

***

Fix gila. Baru beberapa hari berita gue jadian sama Tama kesebar. Biasa akun semacam lambe turah berkoar. Cuma ini versi sekolahan gue. Followers gue nambah terus dan yang palin sering ngefollow gue itu akun olshop pelangsing badan, anjay gak tuh.

Seperti biasa setiap istirahat gue gak pernah keluar kelas menghindari tatapan tajam dari para fans dan mantannya Tama. Malah beberapa hari ini setiap gue ke kamar mandi sendirian ada aja yang ngunciin gue. Duh fanatik banget sama Tama, padahal anaknya B aja.

Apalagi pas berangkat sekolah, Tama akhir-akhir ini always jemput gue all the time. Ya masih anget jadinya gini. Dulu gue juga sering liat dia berangkat sama cewek dan pulang dengan cewek yang berbeda. Mantap kali dia.

Andin yang setiap hari gak pernah berhenti ngoceh minta PJ dan gue selalu ngikutin kemauan dia tapi gak ada habisnya.

"Sayaaanggg... "

Semua isi kelas gue terpaku keberadaan Tama dengan tampang sok badboynya, baju di keluarin, setelah itu semua isi kelas gue bersorak. Ada yang bersorak karena mendukung ada yang berniat untuk menikung. Pak Ali yang sedang mengajar asik melihat Tama dengan tatapan, 'masih gue liatin.' hehe. Tama yang belum sadar akan keberadaan Pak Ali disana.

"Opo koe krunguuu...." Lanjut lagi.

"Windaah, pangeran haus temenin ke kantin yuk."

Krik.krik. semuanya diam, terkecuali gue yang sibuk bersembunyi. Andin masih memberikan isyarat pada Tama, tapi Tama tidak kunjung mengerti hingga akhirnya...

(FAT)E - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang