Haloo epribadehh
Yooo wassaapppDiriku hadir dengan segala ketidak jelasan dan kepastian
Hehehe
Happy Reading
Semoga Happy teroosss💖❤️🖤***
"Win.. aku mau ngomong." Winda menatap ke arah Tama sebentar kemudian kembali fokus pada ponselnya.
Butuh beberapa menit untuk merasa tenang, Tama belum memulai ucapannya dan terus menatap Winda yang begitu serius membaca info tentang idolanya sambil memakan cemilannya. Tangannya pun menyelipkan rambut pendek Winda kebelakang telinga.
"Gak enak ya pacaran sama cowok playboy kayak aku?" Hembusan nafasnya terdengar kembali, "Gampang khawatir, sering mikir negatif, saking terlalu friendly nya sama orang-orang kadang juga suka gak jaga jarak sama cewek lain.. selama ini kamu nyaman gak sama aku?"
Tidak menyangka Tama akan menanyakan hal seperti ini, Winda menyimpan ponselnya. Saat ini harapan Winda hanya ingin baik-baik aja sebelum keberangkatan Tama kembali ke Malang. Jangan meninggalkan permasalahan ataupun beribu pertanyaan saat pergi, bermohonlah. Atau mungkin Tama memang tidak meninggalkan ribuan keraguan dan pertanyaan, tapi ia akan pergi tanpa meninggalkan apapun. Bibir Winda masih terkunci tidak mampu menjawab pertanyaan Tama yang hanya membutuhkan jawaban Ya atau Tidak.
"Aku gak mau maksa kamu--
"Gak usah bahas itu lagi, Tam."
"It's important for me, aku gak mau kamu sama aku cuma karena paksaan."
Kalau saja dirinya memiliki keberanian lebih untuk berlutut di depan Winda sekarang maka Tama akan berlutut saat itu juga. Tama ingin melepas segala keraguan Winda tentang dirinya yang playboy. Dirinya yang sering kali gonta-ganti pacar kini menemukan tentang kata gonta-ganti menjadi tak terganti. Bisakah dirinya mengaku kalau ia benar-benar menyayanginya, memohon agar memilih dirinya dibanding orang lain. Tidak ada yang menyadari saat Tama memilih untuk menatap langit-langit untuk menahan genangan air di pelupuk matanya.
Mungkin Tama melawan beberapa orang yang berusaha mendekati Winda dengan memberikan perhatian lebih disaat dirinya tidak disamping Winda. Tapi kejadian beberapa hari lalu membuat dirinya begitu tertampar dengan ucapan-ucapan orang lain yang menyuruh Winda untuk meninggalkannya. Kembali lagi biasanya Tama akan bersikap keras, kali ini dia lebih memilih untuk mengumpat dibalik dinding mendengar semua obrolan itu.
***
Disaat yang lain berlomba saling meninggikan pendidikan, mempercantik diri untuk mendapatkan seorang pacar ataupun teman hidup berseragam lain halnya dengan Winda yang cuek tentang siapapun tentang pria berseragam dan jabatan. Bukannya sikap cuek yang ia terima kembali justru perhatian lebih di dapat. Pertemuan yang singkat membuat kalimat semangat untuknya, bahkan rela menjadi lubang informasi tentang orang yang begitu berharga baginya.