PART 18. BAIK-KAN

1.4K 129 4
                                    

Yeay next lagi hehe.
Makin absurd yoms cem orangnya wkwk.

Happy Reading

***

Sebelum matahari terbit Winda sudah sampai terlebih dahulu di sekolah. Selain tidak ingin bertemu Tama, rumah Ayah dari sekolahnya cukup jauh. Jadi daripada ia telat dan pastinya akan bertemu Tama and the genk, lebih baik ia datang pagi. Cukup pagi. Jam 6 kurang 10 menit. Tanpa bekal nasi atau apapun. Mama tiri bukanlah mami. Iyalah. Dia tidak seperti mami yang rela bangun pagi untuk menyiapkan bekal sang anak sebelum berangkat kerja.

Bekalnya kali ini hanya roti polos. Tanpa isi. Tanpa rasa. Hambar. Hm.

Tapi apa Winda kuat menahan ini semua? Tadi pagi ia juga tidak sarapan, benar-benar tidak ada orang di rumah ayahnya. Kinan yang sudah kembali ke asalnya, mami tirinya yang sedang dinas, ayahnya yang sibuk untuk mengantarnya ke sekolah.

Sudah cukup lama Winda menenggelamkan wajahnya dia ntara lipatan tangannya sambil memainkan ponselnya. Bukan di perpustakaan. Tadinya Winda mau kesana, tapi itu berpotensi untuk bertemu dengan Tama.

Sekarang ia memilih untuk duduk paling belakang bersama Loli, cabe-cabean kelas yang gak berkelas. Tapi anaknya lucu. Tukang ngelawak. Gak ada dia, kelas terasa hampa. Bukan karena cemburu sama Andin, tapi sepertinya tempat duduk paling belakang adalah tempat yang cocok untuk saat ini.

"Gue kira lo masih sakit. Lo kenapa pindah kebelakang? Marah sama gue?" Tanyanya sedikit berteriak karena berjarak beberapa bangku. Dikira budek kali ya.

Dengan berat, sangat berat, kepalanya terangkat diantara lipatan tangannya. "Kagak elah, gue lagi mau disini." Jawabnya santai dan disambut teriakan Loli di depan pintu.

"Hell to the O, WOI ngapain lau disini?" Kan dibilang. Dia tu gak jelas.

Winda menampilkan jejeran giginya, "Lagi butuh hiburan."

"Lo pikir gue wanita penghibur? Eh denger ya gue tu gak suka sama orang yang dateng kalo ada butuhnya doang."

"Bacot ah. Siapa juga yang lagi butuh elo, ew."

Loli mengalah, akhirnya. Menaruh tasnya di atas meja kemudian menarik bangku ke depan pintu. Seperti biasa, godain degem atau dede gemesh yang baru dateng.

'kiw'
'ade'
'cuit'

Itu merupakan kegiatan yang harus ia lakukan setiap di pagi hari. Maklum. Rada-rada soalnya. Tapi kadang kita suka terhibur sama tingkahnya dia yang humoris hehe.

Selama KBM berlangsung tak sedikit guru yang menanyakan tentang dahi Winda yang masih terlihat memar. Dan dengan susah payah Winda menceritakan tentang kejadian yang tidak sebenarnya kepada guru yang bertanya.

"PM ada perubahan gak, Lol?" Tanya Winda berbisik di tengah guru yang sedang menjelaskan.

Loli mengerjapkan matanya yang sempat tertutup menahan kantuk, "Gue kan gak sekelas sama lo."

"Maksud gue, apa gitu gak ada yang berubah?"

"Ada." Jawabnya singkat.

"Apa?"

"Doi gue berubah."

"Serius pea."

Loli menahan tawanya yang cetar, lumayan rasa kantuknya sedikit hilang. "Dimajuin doang waktunya. PM dari jam satu. KBM selesai jam 12. Buat jadwal sih setau gue kagak ada yang diubah. Lo nih gak jelas orang gak berubah malah pengen berubah. Plis lo gak tau kalo udah berubah tu gim--

"Yeh coy malah curhat."

"Plis kek gue cur--

Teeeeettt.

(FAT)E - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang