PART 19. TAMA BAIK TAMA PANIK

1.3K 124 0
                                    

Hey Happy Friday.
Libur yaw hehe.
Semangat buat kamu yang masih nugas walaupun libur. Aku padamu lho. Muehehe.

Happy Reading untuk kamu yang selalu Happy. Apasi.

***

Bel tanda berakhirnya kegiatan pendalaman materi, reflek tangan Winda yang masih menetap di pipi Tama menamparnya begitu saja.

"Aduh anjing."

"Baru bangun udah berkata kasar aja lo."

Tama mengusap pipinya yang terkena tamparan Winda. Matanya sayup sehabis bangun tidur.

"Tapi ini gak sesakit pas gue jedumin elu ya, Win?"

"Bisa gak sih jeduman itu gak usah dibahas lagi? Plis deh hellow." Kata Winda dengan gaya tengilnya.

Tama menarik tangannya mengajak pulang bersama tapi langkah Winda tertahan melihat Andin yang masih diam di depan kelas sebelah sambil memainkan ponselnya.

"Kenapa belum pulang, Din?" Winda menyuruhnya bergeser untuk memberikan lahan agar ia duduk. Sementara Tama berdiri tetap menggenggam tangan Winda.

"Masnya bisa lepas dulu gak?"

"Gak bisa, aku gak bisa lepasin tangan kamu yang kaya squishy ini." Sambil mencubit pelan telapak tangan Winda.

Andin yang melihatnya tertawa, "Fares nih tiba-tiba gak bisa pulang bareng gue. Padahal gue pengen ke rumah sakit."

"Siapa yang sakit?"

"Kakak gue tiba-tiba asmanya kambuh parah, makanya langsung di bawa ke RS."

"Hah? Serius?"

"Yeh pea emang gue keliatan bercanda?"

Tama menjitak kepala Winda, "Gimana sih lo, suka gak jelas." Hanya dibalas tatapan sinis oleh Winda.

"Eh yaudah Tama nganterin lo aja ke RS."

"Loh loh beb kenapa kamu malah ngerekomendasiin aku si, kita kan mau pulang bareng." Kata Tama bingung.

Andin juga berusaha untuk mengelak dan mencari tumpangan. Padahal bisa saja ia memesan ojek online, udah canggih bukan?

"Pulang bareng bisa kapan-kapan, Tama. Tapi sekarang Andin lagi darurat. Naik ojol pasti mehong dari sini."

"Yaudah gue yang bayar aja Din, lo naik ojol."

"Jangan Tama het dah mahal harganya, berat biar uangnya buat gue jajan muehehe."

Setelah mengalami beberapa keributan ini-itu tetap saja bukan Winda namanya kalau tidak berhasil. Akhirnya Andin dan Tama sama-sama meng-iyakan juga. Nyesek sih, tapi yaudah lah.

"Nih. Buat ongkos tadi lo bilang gak bawa duit kan?"

"Gue dijemput, santai aja."

"Tapikan hape lo tadi low, minta jemputnya gimana?"

Winda tersenyum. Sangat. Sangat manis. Hehe. "Udah santai aja si, yang penting lo anterin Andin sekarang, bawa motornya jangan ngebut-ngebut hati-hati."

"Ih lebih penting kamu tau padahal gue khawatir lho sama lo, tapi yaudah ini kan tugas dari ibu negara, papa harus laksanain dulu."

"Najis."

"Kan."

"Iya sayangku cintaku tak pernah berubah."

"Kiss dulu."

"Yaudah merem dulu."

Dengan bodohnya Tama mengikuti instruksi dari Winda sementara Winda pergi begitu saja tanpa memperdulikan Tama yang masih memejamkan matanya. Andin hanya sibuk tertawa dan mengucapkan makasih yang berulang-ulang.

(FAT)E - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang