hAPPY HOlidays yak^^
happy Reading
Motor milik Tama berhenti tepat di depan rumah Winda yang gelap. Tama memandangnya ngeri melihat perkarangan rumah Winda yang sepi.
"Lo sendiri?" tanyanya sambil ikut turun dari motornya. Winda hanya mengangguk sebagai jawaban. "Mau gue tem-
"Ga." Jawab Winda cepat. "Nanti kalo ada setan gim-
"Bodo."
Tangan milik Tama mengambil kantong kresek di stang motornya kemudian membuka telapak tangan Winda dan meletakkan ujung kantong kreseknya.
"Gue gak mau," Winda kembali menyodorkan kantong kresek yang berisi makanan tadi.
"Gak. Lo harus makan. Lo dari tadi belum makan kan? Bekel lo pas di sekolah dimakan Andin biar dia gak ke kantin supaya dengerin curhat lo yang pagi-pagi udah dibikin kesel sama gue?"
Winda mendengus mendengarnya. Terkadang ia juga membenci sikap Tama yang suka tau segalanya.
"Yaudah gue balik dulu, kalo ada apa-apa telpon gue ya." Tama mengacak-acak rambut milik Winda kemudian melesat dengan motornya itu sementara Winda masih setia melihat punggung Tama yang semakin menjauh dan terlihat senyuman di wajahnya.
Langkah kakinya masuk ke dalam rumahnya yang sepi kemudian tangannya mencari saklar untuk menyalakan lampu rumahnya.
'Trek'
Begitu lampu menyala terlihat sosok perempuan berambut panjang yang sedang asyik menyisir rambutnya sambil dengan kaki yang menuruni anak tangga.
"AAAAAA.... Andin?"
Tidak salahkan kalau Winda menyangka Andin adalah setan? Lihat penampilannya yang memakai piyama berwarna putih menuruni anak tangga sambil menyisir rambutnya yang panjang serta bersenandung pelan. Uh, untung saja mata Winda masih waras bisa melihat jelas wajah Andin sahabat ter-fakuy-nya itu.
"Lain kali kalo dirumah sendiri itu rumah dikunci, untung gue yang dateng coba kalo maling? Abis isi rumah lo, Win." Kata Andin menasehati, tumben.
Meskipun bukan pertama kalinya Winda akan merasakan malam sendirian di rumahnya, tapi ada rasa takut di dalam dirinya. Imajinasinya tentang film horror yang pernah ia tonton seketika hadir dan membayangkannya di dunia nyata. Dan beruntung saat ini Andin akan menemaninya sampai besok karena tidak tau sampai kapan maminya akan pulang dan ia juga tidak mengharapkan ayahnya untuk pulang. Mengapa?
Oke bahas yang lain. Winda terlalu malas untuk membahas seorang ayahnya, eh bukan bahkan ia tidak mau menyebutnya dengan sebutan ayah. Sejuta maaf dari ayahnya pun tidak pernah ia terima meskipun ayahnya tetap memberi uang bulanan seperti 'dulu'. Winda lebih menginginkan uangnya dibanding ayahnya, tapi uangnya tidak bisa mengubah hatinya untuk memaafkan ayahnya. Tidak-akan-pernah.
Winda menatap wajah Andin yang sudah terlelap di sebelahnya setelah memakan makanan dari Tama tadi. Winda hanya memakan sebagian karena... ia sudah ingin melakukan rencananya yaitu diet. Kemudian beralih ke arah ponselnya yang sedari tadi Tama belum juga nge-spam di line-nya. Eh, kok jadi nyariin?
'ddrrrt'
Aditama1: udah makan blm win?
Windavio: dah
Aditama1: ywdh abis itu tidur y win, biar bisa brngkt pagi nyari wifi diperpus
Windavio: mksh dah diingetin