Haloo hari ini next lagi hehe
Pantun abstraknya libur dulu y
🖤Happy Reading 🖤
***
Kau pikir dia siapa harus ku selamatkan nyawanya? Pendidikanku terlalu mahal untuk membuang tenaga hanya untuk melakukan operasi khusus untuknya. Bahkan aku juga sudah membayar banyak untuk rumah sakit, kau masih mau bermain denganku?
"Tinggalkan aku sendiri." Suruhnya tidak membuat para asisten dokter lain menurut begitu saja.
"Kehadiranmu disini sudah melanggar aturan rumah sakit, sekarang kau berusaha untuk melakukan operasi sendiri--
"Apa petinggi disini tidak memberi tahu kalian? Aku membayar banyak untuk mengurus pasienku sendiri, dia bukan pasien biasa." Mereka masih terdiam, "Satu detik kalian tidak meninggalkan ruang operasi, jangan berharap besok kau masih disebut sebagai asisten dokter."
Beberapa dari mereka telah mengetahui rencana apa yang akan dilakukan dokter asing di rumah sakit memilih untuk menurut apa yang diucapkan Tama. Uang diberikan Tama untuk perusahaan tidak lah main-main jumlahnya demi sebuah urusan pribadinya sendiri.
Bukankah dirinya terlihat sangat egois?
Sangat egois. Selalu ingin memenangkan perasannya hingga nyawa orang lain jadi taruhan. Ia tidak peduli.Bukankah dirinya terlihat kejam?
Bagaimanapun korban yang terbaring lemah dihadapannya adalah seorang perempuan. Tapi seorang perempuan atau apapun jenisnya bukan menjadi halangan baginya. Untuk apa mempertahankan nyawa seorang perempuan yang bahkan tidak memiliki jiwa seorang perempuan sedikit pun.Ini bukanlah tentang Tama yang memaksanya untuk kembali normal. Tama jauh lebih tau tentang Cio dibanding Winda. Cio menyimpan segudang rencana busuk dan menjadikan Winda sebagai jaminannya. Pergaulannya yang bebas sering kali melakukan pertemuan dan pesta dengan orang yang sekelompok dengannya tidak heran jika Cio merupakan seorang yang berani menjual siapapun demi milyaran dollar.
'..Winda berhasil melakukan diet kerasnya berkat Cio.'
"Selepas itu kau akan dijual olehnya, Winda." Hanya memikirkannya sudah membuat dirinya geram ingin segera menghabisi Cio.
Alat operasi disana hanyalah sebuah pajangan, tidak digunakannya sama sekali. Ia terus memandang Cio penuh rasa dendam.
'Ngiiiiiiing..'
(bunyinya begitu kan ya? :v )
Suara kemenangan kini memihaknya.Alat pendeteksi jantung Cio tidak lagi menampilkan garis yang membentuk grafik naik-turun. Kini hanyalah sebuah garis lurus yang tidak berarti. Tama membuang suntikan tersebut hati-hati, kemudian melepas segala pakaian operasinya.
"Buang cairan suntikan di tempat yang aman. Sedikit cairan tersebut mengenai seseorang, penjara menantimu sebagai kasus pembunuhan." Bisik Tama pada salah satu dari mereka yang masih menunggu di luar ruang operasi.
Tama menatap Winda dari kejauhan. Membiarkan para asistennya yang menjelaskan semuanya. Ia akan tetap bermain bersih, tangannya hanya digunakan sekali namun berhasil melepas nyawanya.
"Kami berusaha melakukan yang terbaik, tapi Tuhan berkehendak lain."
Winda mendekat kearah asisten dokter tersebut, "Apa aku tidak salah dengar? Usaha terbaik kalian adalah membuat pasien mati? Iya?" Nadanya meninggi sambil menunjuk para asisten dokter lainnya.