Halohaa aku kembali permisahhh😘😘😘😘
Otw malem Minggu..
Bagi kalian yg merayakan whahahahahaHappy Reading
***
Winda menatap malas ke arah pintu ruangan biasa ia bertemu dengan maminya, sementara Tama asik memakan ciki yang dibelinya tadi di warung. Harusnya Winda bersemangat karena kali ini ia menunggu namanya dipanggil ditemani seseorang, tapi kalau orangnya justru yang memaksa untuk menemani seperti ini bukan rasa semangat yang Winda dapat.
"Winda Violeta.." Mendengar namanya dipanggil Winda langsung bangun dari duduknya diikuti Tama.
"Tunggu, anda siapanya?"
Tama memberhentikan langkahnya, "Saya kakaknya."
"Setau saya Winda anak tunggal. Boleh minta kartu keluarga dan KTP-nya?"
Lagi-lagi langkahnya untuk masuk kedalam ruangan terhenti, "Bukan kakak kandung, saya saudaranya tapi udah kayak kakaknya gitu loh."
"Tap--
"Jangan sampe waktu saya buat ketemu mami abis buat kalian berdua doang." Tama memberikan kartu identitasnya kepada petugas dan diizinkan masuk kedalam ruangan.
Winda langsung memeluk maminya yang terlihat semakin membaik. Wajahnya tidak terlihat kusam seakan penuh masalah kini terlihat lebih cerah (mami pake skincare apa ya *plak). Winda menemukan wajah bahagia maminya kembali. "Tama.." Mami-pun menerima dan menyambut baik kehadiran Tama.
Melihat kehadiran Tama membuat sang mami jauh lebih asik menanyakan kabar tentangnya ketimbang anaknya sendiri yang sedari tadi terus bermanja-manja ria memeluk maminya.
"Ini anaknya gak ditanyain?" Winda membuka suara setelah sekian menunggu lama ternyata mami jauh lebih asik dengan Tama.
"Kan aku juga anaknya mami.." ucapnya membuat ekspresi mami berubah drastis, "Otw jadi mantu maksudnya, mam.. hehe."
"Kuliah dulu yang bener kalian, belajar yang bener jangan pacaran terus. Pacarannya biasa-biasa aja jangan galau-galau gak jelas."
Ter-tam-par.
Ucapan mami membuat Winda dan Tama saling melempar pandangannya ke segala arah. Ter-sin-dir.
Waktu yang diberikan petugas pun sudah habis membuat mami kembali ke dalam ruangan lain dan Winda terus menatap punggung maminya yang semakin tidak terlihat dimakan pintu. Entah suasana seperti ini seakan membuat hatinya rapuh, waktu yang diberikan sangatlah singkat bagi Winda, kemudian menatap tubuh mami masuk kedalam ruangan itu kembali. Sementara Tama merangkul Winda sesekali mengusap bahunya kemudian mengajaknya untuk kembali pulang.
"Bakso yuk, Win." Ajak Tama sambil memberikan helm untuk Winda.
Kalau dipikir-pikir dirinya sudah lama juga tidak makan bakso, "Yuk, tapi bungkus aja ya makan di rumah. Sekalian buat mama sama Kayla."
"Kayla belum pulang ekskul. Mama masih ikut arisan sama temen-temennya."
"Kuah sama baksonya tinggal pisah terus simpen di kulkas nanti kalo mau makan baru angetin."
"Yah jangan dipisah."
"Kenapa? Pada gak suka ya?"
"Cukup kita aja yang LDR, baksonya jangan." Winda langsung memberikan tatapan tajamnya kearah Tama.
"I wanna kill you, Aditama." Ucap Tama sambil menirukan gaya bicaranya Winda. "Aku kangen kamu ngomong kayak gitu." Lanjutnya, "Bilangnya doang i wanna kill you, tapi gak di- kill kill."