PART 20. TAMANDIN

1.2K 104 7
                                    

Hayiiii

Karena diriku Esemka, Senin diriku sudah UNBK.  Bodoamat gapenting jg y. Gpp sekilas info aja.

Jd slowupdate ini karena kmrn lg sibuk usbn/unbk/ukom? Ngga ko, diriku aja yang mageran:')

Selamat malam Minggu bagi yang merayakan dan selamat membaca untuk kalian~

***

Jalan yang menghubungkan kearah rumahnya ditutup karena proses-- entahlah padahal tadinya jalanan tersebut baik tidak perlu untuk di cor kembali. *Bener gasi tulisan cor? Wkwk* Membuat Tama memutar balik melewati jalan yang cukup jauh untuk kerumahnya, yaa jalan utama yang cukup macet untuk di jam pulang kerja seperti ini.

"Kalo lo mau nurunin gue di sini gapapa ko, daripada lo kemaleman." Ucap Winda setengah berteriak. Jam yang melilit di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul setengah 8 malam dan Winda rasa ini sudah cukup malam untuk manusia yang masih memakai seragam sekolah.

Terdengar Tama membuang nafasnya di sela-sela melajukan motornya perlahan karena kondisi yang sangat padat oleh kendaraan lain. "Yang ada gue makin repot mikirin elu pea."

Tuhkan, gue di pea-in.

Winda menatap ponsel Tama yang sedari tadi ia genggam. Getarannya membuat mata Winda melotot seketika.

Andin
Urusan sm winda udah kelar? Udah ketemu kan?
✓✓08:31

Rasanya ingin ia balas. Bahkan tidak masalah karena Tama pun tidak pernah melarangnya untuk membalas pesan dari teman atau siapapun itu.

'jangan ada rahasia diantara kita' -babangTama.

Tapi tidak. Jangan. Winda harus kuat menahannya.
Tapi tangannya menyentuh notifikasi tersebut.
Gapapa ceritanya diread aja. Ye gak?

Drrrtt

Andin
Ko diread doang?
✓✓08:32
------------
Anj lu cabe bawel amat [Delete]
Urusan lo ape tai [Delete]
Heh mau nikung lu ye [Delete]

"Chat dari siapa?" Tanya Tama membuat Winda hampir menjatuhkan ponsel yang digenggamnya. Winda baru menyadari kaca spion mengarah kepadanya.

"Kaya ada yang ngechat aja lu. Gue numpang buka Instagram."

'Lagi di jalan' [Send]
✓✓08:35

Andin
yauda hati2:))
✓✓08:35

Yeh balesnya fast respon amat mba. Gausa pake emot senyum sabi kali. Hadu. Rileks-kan diri anda. Jangan Suuzon. Dia temenmu sendiri gak mungkin dia nikung. Padahal dia sendiri yang comblangin elu berdua. Sabar. Tahan.

Tepat jam delapan malam lewat lima menit motor Tama berhenti tepat di depan rumah maminya. Mami tampak berdiri di depan pintu rumah.

Winda mengembalikan ponsel milik Tama. Sebentar Tama melihat ikon notifikasi yang terpampang pada ponselnya. Sedetik Winda tau Tama tampak tersenyum.

Sialan, gerutu batin Winda.

Hanya sekedar senyum saat Tama mulai melajukan motornya, Winda hanya mengucapkan kalimat Terimakasih. Tanpa embel-embel menyebalkan lagi, Tama pulang begitu saja.

"Kamu ni bikin mami khawatir aja. Untung tadi Tam--

Winda membuang nafasnya kasar, "Kalo aku ada apa-apa jangan minta tolong sama Tama terus mi, gak enak." Ucapnya sambil mendahulukan langkah maminya yang membukakan pintu untuk Winda.

(FAT)E - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang