Helow ku kambek dengan segala ketidak jelasan ni cerita.
Tapi gapapa, dengan begitu excited guwa melanjutkan cerita ini hiyaaakkk.
Kamu yang belum baca, baca donk.
Kamu yang udah baca, suka donk.
Kamu yang udah suka, vote komen donk.
Kamu yang udah vote komen, stay donk.
Kamu yang udah stay n' still waiting for this story, i lop you donk.
Aku yang nulis ni cerita, alay donk.Happy reading manteman ku sehidup semati
***
"Soalnya lo pernah ngerasain jadi gue ya, Tam?"
'Iya dong, kita kan sehati. Apa yang Winda rasain pasti bakal berasa di hati abang Tama juga.'
"Bukan. Ngerasain gimana lo di selingkuhin sama Aca."
'Maksudnya?'
"Sakit ya di selingkuhin?"
'Iya sakit. Tapi udah punya obat yang cocok buat nyembuhin rasa sakitnya.'
"Kadang kenangan sakit itu bisa aja di takdirin buat dilupain. Tapi ada juga kenangan sakit itu perlahan disembuhin sama orang yang ngebuat luka itu sendiri. Tinggal pilih, kita ada yang dimana."
'Nahkan Winda ber-quotes lagi.'
"Iya ni anjir line gue kebanyakan oa."
***
Semua perlengkapannya sudah ia persiapkan, termasuk izin dari sang mami. Yaa sebelum berangkat, Winda menyempatkan dirinya ke jeruji besi dimana Maminya terkurung disana. Meskipun tidak mendapatkan izin untuk berbicara dalam satu ruangan, cukup berbicara di sela jeruji ini pun sudah lebih dari cukup bagi Winda.
Pintu kereta sudah terbuka, langkahnya memasuki gerbong dan mencari tempat duduk yang ia pesan. Selama perjalanan Winda tidak bisa tidur, seakan pertemuannya dengan Tama begitu menegangkan. Jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya.
Headset yang melingkar indah di telinganya, sedangkan jarinya asik men-scroll deretan chat terbawah.
'..Mas Ryan..'
Winda baru ingat, saat ia masuk kedalam kantor polisi, bagian kantin, matanya tidak menangkap ada sosok Ryan disana. Ini hari Rabu dan biasanya Ryan bertugas di bagian kantor. Mengingat chatnya yang tidak dibalas lagi malah membuat Winda sedikit merasa bersalah.
Hhh, kepalanya ia sandarkan pada sisi jendela kereta. Biar keliatan dramatis gitu.
"Udah cocok jadi video clip blom gue?" Tanyanya pada diri sendiri.
Bertemu, kenalan, orang asing.
Bertemu, kenalan, hubungan spesial, orang asing.
Bertemu, kenalan, hubungan spesial, sampai mati.
Bertemu, sudah cukup.Winda terlalu malas dalam hal menentukan takdirnya. Ia akan mengenal siapa Aca disana, tidak mungkin kalau mereka tidak akan bertemu. Apalagi kosan Tama yang masih satu lingkungan dengan kosan Aca. Hmm, siapkan kata-kata nyelekit untuk sang pelakor, Winda.
"Winda, kamu tau gak kenapa saya mau deket sama kamu?"
"Ga."
"Nama kamu itu dari kata Wind yang artinya bikin angin, bikin hati saya adem hehe."
"Ye crocodile."
Matanya terbuka kembali, lelucon singkat dari Ryan melewati pikirannya begitu saja. Tama juga pernah mengatakan hal yang sama seperti itu dan membuat dirinya tertawa malu. Berbeda dengan Ryan yang malah dijawab ketus olehnya.