muehehe next terus padahal ga seru:D
"Kenapa si mba ngambek mulu," Andin menyenggol lengan Winda yang sedari tadi menjadi tumpuan kepalanya sendiri.
"Temen cowok lo tuh nyebelin, untung gue sabar orangnya."
"Temennya Fares maksud lo? Tama ya? Ecieee," suara cempreng milik Andin menggema di ruang kelas sepi karena sebagian sedang mengisi perutnya di kantin. "Kayaknya gue harus jelasin satu persatu gengnya Fares deh." Sambungnya lagi.
Andin meletakkan ponselnya dan menghela nafasnya sebentar.
"Namanya Fares, ini dia ketuanya dan paling terkenal karena kebandelannya itu pernah ketahuan ngerokok di rooftop sekolah kita. Yang kedua namanya Rafa ketua basket di sekolah ini, tangannya gak bisa diem kalo lagi jalan di koridor dan paling suka godain cewek-cewek yang bodynya aduhai. Yang ketiga-
"Yang ketiga sholat malam dirikanlah~" potong Winda sambil bernyanyi Tombo Ati karya Opick dan mendapatkan tatapan tajam dari Andin membuatnya mengangkat tangannya membentuk angka dua.
"Yang ketiga namanya Deran, mukanya ke arab-arab-an gitu dan sering dibilang sebagai Ustad karena emang rada kalem tapi tetep aja selengean orangnya. Yang terakhir, Tama. Selain Fares, Tama termasuk peringkat kedua yang fansnya banyak. Dia terkenal karena... playboynya hahaha."
"Gue playboy karena gue belum nemu siapa yang pas dihati gue, jadi lo gak usah takut karena gue ngerasa beda waktu ngeliat lo."
Jleb. Tubuh Winda seakan-akan membeku mendengar suara tersebut kembali terdengar oleh telinganya.
"Sejak kapan lo disitu?" tanya Andin sambil merebut ice bubble dari tangan Fares.
"Sejak Tama denger Winda nyanyi, Yang ketiga sholat malam dirikanlah~" Fares memberi contoh saat Winda bernyanyi tadi. "Lo tumben gak ke kantin?" tanya Fares.
"Nih temen gue lagi ngambek gara-gara Tama katanya gangguin mulu."
Buru-buru Winda langsung pura-pura tidak mendengar ucapan mereka dan memfokuskan dirinya pada ponsel, hatinya pun tidak ikut berenti untuk mengutuk mulut Andin yang begitu ember.
"Oh sukanya sama yang bule," entah sejak kapan ponsel miliknya sudah beralih di tangan Tama.
"Balikin hape gue." kata Winda sambil merebut ponselnya tapi Tama selalu menghindari tangannya.
"Eh bro gue duluan ya, biasa nih ada urusan baru. Win hapenya gue pinjem dulu ya kayaknya lumayan buat jaminan," Tama memasukkan ponsel milik Winda kedalam saku celananya. Sementara Winda begitu pasrah melihat ponselnya di ambil alih. Mungkin ia lelah dengan semua ini.
***
Pokoknya hari ini paling bad day yang pernah ada dalam sejarah kehidupan dewi cinta seperti gue. Untuk sekarang ini gue gak berharap untuk ketemu cogan, apalagi kalo cogannya kayak Tama. Gue akuin Tama emang termasuk kedalam cogan, tapi sikap nyebelinnya itu bikin gue jijik nyebut dia cogan.
"Apa katanya?" tanya gue sambil masukin peralatan sekolah ke dalam tas.
"Dia masih di ruang exkulnya, dia nyuruh lo buat nunggu di depannya aja paling sebentar lagi selesai." Jelas Andin sedikit membuat gue kesal, kenapa jadi gue yang harus nunggu?
Tanpa basa-basi lagi gue langsung menuju ruang exkul photografer, itulah namanya gue gak tau lebih jelas. Samar-samar gue denger teriakan kata semangat dari Andin. Gak ada kata semangat buat berurusan sama Tama.
Tama. Gue benci sama dia.
Hari sudah semakin sore tapi belum ada tanda-tanda kalau anggota exkul itu sudah menyelesaikan tugasnya. Perut gue dari tadi udah bergetar tanda lapar. Bekel tadi udah abis dimakan sama Andin dan sampe sekarang gue belum makan sama sekali. Kalo gue tinggal ke kantin takutnya Tama ninggalin. Astaga anak ini kerjaannya nyusahin orang terus.