Next double niiiii
Hihiw
Bosen ya bosen
Enjoy yaaa
Semoga makin suka sama ke-absurd-an cerita iniii
Kiw~
HAPPY READING
***
Rasa penasaran yang harusnya berlanjut suka malah mampir ke rasa benci dulu, hingga akhirnya berlabuh pada tahap akhir.. yaitu, mempertahankan.
Sikap playboy nan bad boy Tama seperti di film-film sudah melekat saat awal masuk masa MPLS Sekolah Menengah Atas. Tapi sikap menyebalkannya, jail, sudah bawaan Tama dari lahir. Sikap playboynya tumbuh memang karena masa lalu, seakan mencoba untuk mencari yang baru atau sekedar menjadikan pelampiasan.
Hari pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah seluruh siswa/i baru dilarang keras untuk membawa kendaraan pribadi, semuanya menurut kecuali beberapa siswa yang sudah berani melanggar.. contohnya Tama. Belum kenal tapi sudah sok akrab dengan beberapa siswa yang sepertinya sejenis dengannya memberanikan diri menitipkan motor pada salah satu rumah kakak kelasnya yang sama sekali tidak ia kenal. Beruntung sekumpulan makhluk sejenis ini tidak satu ruangan, setidaknya tidak menimbulkan masalah saat hari pertama.
Masih dengan pakaian SMP yang lengkap dengan celana biru selutut sekarang Tama malah terlihat seperti menggunakan boxer '-')/
Bajunya sengaja tidak ia masukkan karena sudah melebihi ambang batas ketentuan."Bajunya cingkrang ka.."
"Gak ada alesan pokoknya masukin!"
Lain halnya dengan Tama yang terus menggerutu, perempuan bertubuh gempal ini susah payah menahan tawanya melihat Tama yang sudah begitu tinggi dengan celana dan bajunya yang sudah tidak pantas lagi dipakainya.
Tama menyadari akan hal itu karena perempuan gempal tidak jauh dari posisinya sekarang. Beruntung tingkat emosinya sedang tidak naik. Meskipun begitu Tama sudah ada niatan jahat untuk perempuan gempal yang sudah menertawainya.
Seluruh siswa/i baru berhamburan masuk ke ruangannya masing-masing, Tama masih memperhatikan perempuan gempal itu akan masuk keruangan mana.. saat langkahnya masuk keruangan yang sama senyuman miringnya terukir di wajah menyebalkannya..
"Mau gue apain ya ini cewek. Udah gendut, bawa bekel, lengkap amat. Mau sekolah apa nawarin taperwer." Gumamnya pelan.
Tama meraih tasnya dan duduk di bangku paling belakang tepat di belakang bangku perempuan gempal yang menertawainya itu. Awalnya Tama ingin langsung melabrak(?)nya tapi melihat ekspresi wajah dingin yang sempat melirik sinis kearahnya seakan nyalinya ciut begitu saja.
"Perasaan tadi dia yang ngetawain gue, ko sekarang malah sok jutek gitu." Gumamnya saat melihat perempuan itu sibuk dengan ponselnya, "Kalo lagi PMS bahaya.. bisa-bisa gue yang dilindes."
Bukannya fokus kearah panitia yang sedang menerangkan sesuatu Tama malah lebih tertarik kearah perempuan gempal didepannya. Dirinya masih dibuat bingung tentang 'Tadi dia loh yang ngetawain gue kok sekarang beda auranya' begitu.
"Itu kamu yang paling belakang, kalo ada yang lagi jelasin didepan tuh dengerin!"
Kena lagi... ucapnya dalam hati.
Seharian full dengan pengenalan lingkungan sekolah, sesekali diadakan games, dan tiba waktunya untuk siap-siap pulang yang akan disambung kembali besok. Dan Tama terus menjadikan perempuan gempal itu sebagai objek nya seakan semuanya tertutup oleh badannya yang begitu luas.