Eh pakabs coy. Dah lama ga next-next
Happy riding
***
Part 14.
Jadi gini, Winda tidak mau betele-tele lagi. Jujur saja, Winda baper.
Yeay.
Seneng gak? Gak seru yaa? Receh anjir.Akhirnya si gemuk Winda baper sama si ganteng Tama yang mirip Cameron Dallas. Dengan percaya diri yang begitu matang, Winda sudah siap men-cap dirinya masuk ke dalam perangkap Tama. Batinnya pun siap kalau saja memang Tama tau tentang dirinya sudah menyerah akan meninggalkannya begitu saja.
Hari ini Winda belum melihat keberadan Tama di sekolah setelah kejadian kemarin. Yaa basa-basi Winda ingin mengucapkan terimakasih untuk Tama. Beruntung gerombolan Fares dan kawan-kawan di jam KBM ini masih berada di luar kelas menggoda para siswi yang berlalu lalang di depannya.
"Eh ada nyonya Aditama." Celetuk mulut kampret Fares.
Sementara Deran dan Rafa layaknya seorang dari kerajaan menyambut Winda dengan membungkukkan tubuhnya, "Selamat datang nyonya, ada yang bisa kami bantu? Kebetulan Tuan Tam--
"Tama kemana?" Tanya Winda langsung.
Deran menggelengkan kepalanya, "Nyonya, baru saja saya hendak memberitahu keberadaan Tama tap--
"Gausah bacot."
Fares. Selalu tertawa jika Winda dibuat kesal oleh gerombolannya. Biasanya Winda menanggapinya cuek tapi kali ini Winda seakan-akan ingin melahap para cowok yang sok badboy ini.
"Tama sakit. Dia kebanyakan minum kemarin. Kemarin dia juga abis berapa cewek ya gue lupa, pokonyaa...."
Buru-buru Winda kembali ke kelasnya yang tidak berguru itu mengambil tas dan tangannya sibuk mengetik beberapa pesan untuk Tama namun tidak kunjung di balas ataupun di lihat.
"Makasih Deran infonyaaaa." Teriak Deran untuk Winda. Teman yang lain pun ikut tertawa melihat tingkah menyebalkan Winda.
"Parah lu gila."
Rafa tertawa, "Gak mungkin Winda percaya kalo Tama minum. Lagian kan minum itu ambigu, minum kopi kan bisa. Ah otak lo cetek kayak kobakan abis ujan."
"Heh somplak, kalo minum mah mungkin Winda ngerti. Tapi kalo main cewek? Gila lo, yang ada Winda makin jauh sama Tama. Otak lo cetek kayak... Kayak apa yaa."
"Lo berdua sama cetek, kalo Winda mikir yang enggak-nggak, gak mungkin dia langsung pergi gitu aja. Gue yakin dia sekarang mau jenguk Tama."
"Kalo jenguk, kalo nggak? Apakali Winda ke bukit-bukit terus teriak gue benci lo Tama dengan air mata yang berlinang abis itu dia bikin Snapgram, Snapchat, SnapWA, background hitam lagu galau tulisan di bolak-balik atau gak dikecilin." Cerocos Deran dengan tampang polosnya.
"Itumah elo." Ucap Rafa dan Fares bersamaan.
***
Winda masih mematung di depan pintu rumah Tama. Ia yakin kalau ini rumahnya. Berkat shareloc dari Andin, ia tidak mungkin salah.
"Masuk, nggak, masuk, duh nantat-nontot udah kayak ingus anjir." Gerutunya sendiri.
"Gue takut di bully, takut ibu nya gak suka sama gue. Tapi kan gue dateng cuma sebagai temen. Tapiiii... Duhh."
Tok.tok.tok
Satu, dua, ti--
Ceklek.
"Temennya Tama ya?" Sambutan pertama kali oleh sang Ibunda Tama. Membuat Winda gugup setengah mampus.