PART 23. DOWN

1.3K 86 3
                                    

Haloo marhaban ya ramadhan semuanya. Semoga lancar ya puasanya, hehe.

Alhamdulillah diriku sudah lulus dan masih nganggur😂😂 gapentink y.

HAPPY READING❤️❤️

***

Di tengah kesibukan menjelang Ujian Nasional, Winda lebih sering menghabiskan waktu di perpustakaan. Namun bukan untuk belajar, bukan untuk wifi gratis juga.

Setelah beberapa bulan ini, hubungannya dengan Tama cukup baik. Hanya saja tidak untuk sekarang. Maksudnya, Winda tidak ingin membahas tentang percintaannya terlebih dahulu.

Bersikap seakan dirinya fokus tentang apa yang ia lihat di hadapannya kini, buku kumpulan soal-soal Ujian Nasional. Dengan headset yang menjadi salah satu faktor ia tidak fokus dari tadi. Lagu milik Avril Lavigne - Nobody's Home terus berputar berulang kali. Tidak peduli seberapa bosan ia mendengarnya.

***
Kadang, Winda cukup bersyukur dengan kehadiran Tama. Akhir-akhir ini Tama sering antar-jemput Winda dan gak peduli sama omongan orang lain yang bilang dia bucin lah apa lah. Tama gak peduli. Tama pun rela nungguin Winda kalau ada kegiatan lain, dan Winda pun juga bersedia nemenin Tama yang cuma main basket sendirian walaupun kadang Winda coba ikut main sama Tama. Winda cukup berterimakasih sama Tama.

Entah kenapa supir kesayangannya lebih memilih untuk mengundurkan diri. Sempet coba menguping pembicaraan antara mami dan supir tapi yang ia dengar hanya suara gelas pecah. Setelah itu Winda mencoba menahan supirnya yan sedari tadi ia tunggu  *hadu diriku lupa nama supirnya siapa😂* keluar dari ruangan mami dan Winda mencoba menanyakan apa yang terjadi. Tapi senyuman tulus itu melunturkan semangat Winda untuk bertanya banyak padanya.

"Bapak bukannya gak mau anter jemput lagi neng, malah bapak sedih gak bisa anter jemput neng lagi. Neng udah bapak anggap anak sendiri. Jadi anak yang jujur ya neng, kuat, rajin belajar biar gak cuma jadi orang sukses doang tapi cerdas juga. Pasti bapak doain neng kok. Bapak pamit dulu ya."

Tubuhnya lemas seketika. Menatap punggung pak supir yang kian menjauh. Mencoba untuk mencerna dia setiap ucapannya.

Kemudian langkahnya kembali mundur bersembunyi di belakang tembok dekat ruang kerja mami. Bisa mampus kalo ketauan. Beberapa kali Winda mendengar suara mami berbicara sendiri sambil membawa kantong kresek hitam yang berbunyi gesekan bahan kaca.

'ceklek'

Setelah memastikan mami udah masuk ke ruang kerjanya, buru-buru Winda ke dapur dan mengambil kresek hitam yang mami buang ke tempat sampah tadi. Diraba dari luar sih kayak botol, awalnya Winda terus positif thinking karena emang gak ada pikiran lain sampai akhirnya ia kaget setelah tau isi kresek itu. Botol bir. Iya minuman keras. Miras. Apapun namamu. Duh elah Winda lagi kayak gini masih sempetnya aja.

Tanpa pikir panjang lagi Winda mengambil ponsel dan satu foto botol bir itu ada di ponselnya. Bukan buat koleksi. Ya itung-itung Winda disini jadi detektif dulu mencari apa yang sudah terjadi.

Setelah tau akan kejadian ini Winda sendiri gak berani cerita kesiapapun, termasuk ayah, Andin, dan juga Tama. Winda bener-bener jadi orang yang was-was kalau ada yang meminjam ponselnya terkecuali Tama, Tama juga dilarang abis kalo mau buka galeri.

Semakin lama pikirannya dipenuhi tentang mami. Siapapun tidak ada yang mengetahuinya disini. Seakan-akan ia tidak mempunyai seseorang yang bisa ia andalkan untuk mencari sebuah informasi. Berbicara sendiri, berusaha sendiri, namun hasilnya? Nihil. Bukan kepastian yang ia dapat, melainkan sebuah keraguan yang sangat ingin ia pertanyakan namun tak punya banyak nyali untuk memberanikan diri.

(FAT)E - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang