🐢🐢🐢
Melodi lagu berlirik bahasa Indonesia dengan syahdunya mengalun dari sebuah radio. Lagu berjudul Bernapas Tanpamu itu terdengar menggema di lingkup bengkel yang cukup besar. Suaranya cukup untuk menemani para tubuh yang penat serta jiwa yang lelah.
Pegawai-pegawai bengkel yang sedang bekerja sesekali ikut bersenandung mengikuti alunan nada. Sekadar mengurangi rasa letih yang melanda saat asyik berkutat pada mobil-mobil mewah yang sayangnya rusak dan perlu diservis.
Dikka berjalan menghampiri sekumpulan remaja yang tak lain adalah teman-temannya. Harusnya ia datang jam setengah lima sore. Tetapi karena insiden heroik tadi, di mana ia menolong dua gadis cantik dan menjadi seorang pahlawan kesorean, dirinya baru datang sekarang.
"Maaf, gue telat."
"Jam lima lebih lima belas menit, tumben baru datang sekarang. Dari mana aja?" Ino langsung melesatkan sebuah pertanyaan. Cowok berwajah oval itu lulusan SMK, jurusan otomotif. Dia taat banget dalam ibadah.
"Ya ampun, Nyet. Sejak kapan lo jadi gembel? Kemeja lo sobek begitu." Kalvin ikut menyaut dengan kalimat membunuhnya. Cowok cungkring itu sedang mengganti ban mobil, dibantu oleh Ino.
Dikka menatap sinis Kalvin yang barusan berbicara. Ia hanya berdecak pada bujang lapuk itu. Iya, bujang lapuk. Dikka suka menamai Kalvin dengan panggilan itu.
Aryo yang mengetahui Dikka terlambat kini menyaut. "Kka, disiplin dalam dunia pekerjaan itu penting. Anggap aja disiplin kayak napas, kalau gak napas?"
"Mati," ceplos Kalvin yang langsung mendapat tatapan tajam dari Dikka.
"Lo mau pecat gue?" Dikka balik bertanya pada Aryo, sahabat karibnya sejak masih bermain mobil-mobilan di teras rumah meski sudah maghrib.
Lelaki yang notabennya anak pemilik bengkel ini hanya terkekeh. "Ya, enggaklah! Canda gue, selow aja kali."
Dikka tersenyum sekilas, ia kemudian berjongkok di dekat Ino. Tak peduli jika ada oli hitam yang membuat pakaiannya kotor nanti. Ini memang pekerjaan yang Dikka sukai.
Pemuda itu membantu Kalvin dan Ino memasang ban tersebut pada porosnya. Berkumpul seperti ini memang sudah menjadi kebiasaannya, terlebih saat bolos sekolah. Benar, lelaki yang teramat suka dengan dunia otomotif itu memang sering bolos. Penyebab utamanya karena papa tidak mengizinkan dia bersekolah di SMK. Beliau malah kukuh menyekolahkannya ke SMA, masuk jurusan IPS. Jadilah Dikka seperti ini, nakal.
Meski Dikka sangat menyukai segala sesuatu tentang onderdil, namun ia tidak berminat sama sekali untuk menciptakan motor sport yang digunakan untuk balapan. Apalagi ikut balapannya, tidak sama sekali. Dia hanya tipikal cowok nakal yang sering bolos dan nongkrong untuk utak-atik mesin.
Tingkat kenakalan yang paling parah sejauh ini mungkin pas gak sengaja ikut tawuran antar SMA dan terciduk polisi sampai papanya harus turun tangan langsung untuk menjemputnya. Dan ya! Satu lagi, Dikka hobi dalam memberi harapan pada gadis-gadis remaja tanpa pernah memacarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Kabar, Luka? (TAMAT)
SpiritualFollow dulu sebelum baca✔️ ⚠️Awas Baper!⚠️ *** Saat Shilla sedang berusaha menyembuhkan luka hatinya, mencoba melupakan bayang-bayang cinta pertama, dan belajar mengharap hanya pada-Nya, Dikka datang. Membawa udara segar yang menenangkan, memoles wa...