29.b

343 20 4
                                    

Shilla berhenti membaca saat seseorang menyapa dan memanggil namanya. Ia mengusap pipinya yang basah lalu menengok ke samping. Ada Alyna yang sudah duduk di situ. Sedang tersenyum manis ke arahnya.

"Ya?" saut Shilla. Menutup buku tersebut. "Ada apa, Lyn?"

"Ah, lo lagi sibuk baca ya?"

Shilla menggeleng. "Enggak kok, ada yang pengen diomongin?"

Alyna mengangguk semangat. Senyumnya makin lebar. Membuat dia terlihat menggemaskan. "Gue pengen dapet solusi nih. Apa yang harus kita lakuin saat jatuh cinta sama lawan jenis?"

Hati Shilla berdesir. Tampaknya, Alyna sedang merasakan hal yang sama dengan dirinya. Jatuh cinta.

Shilla lantas menjawab, diiringi senyum kecil, "Banyak-banyak dzikir, ibadah, puasa, deketin Yang Mengatur Jodohnya."

Sebenarnya, Shilla juga sama-sama butuh solusi. Namun, setidaknya solusi itu yang ia tahu. Gadis itu juga sedang berusaha menerapkannya.

Alyna mengangguk beberapa kali, mencoba memahami. Ia lantas bertanya lagi, "Terus ... menurut lo, gue harus gimana saat kita sama-sama cinta, tapi gak bisa bersatu di waktu sekarang?"

"Hn, menunggu sampai waktu yang tepat? Mungkin istilahnya cinta dalam diam, ya? Mencintai lewat doa, tetap berharap sama Sang Pencipta. Ah, gue ngomong apa sih? Hahaha." Shilla tertawa geli. Alyna pun ikut tertawa.

"Omong-omong, cowok yang lo maksud siapa?"

"Ada deh ..." ujar Alyna diiringi tawa.

Shilla jadi penasaran. "Ayolah, kasih tahu. Siapa sih?"

"Yang pasti cowok."

"Yaelah, siapa? Inisial deh," bujuk Shilla. Merayu agar Alyna mau memberitahu siapa cowok yang ia cintai.

Sesaat, Shilla teringat pada Dikka. Pemuda yang berhasil mencuri hatinya. Gadis itu menahan senyum jika mengingat semua sikap manis Dikka padanya selama ini. Dia benar-benar hebat dalam menaklukkan hatinya yang bukanlah perkara mudah.

Alyna kini tersenyum. Dengan malu-malu ia menjawab, "Inisial huruf terakhirnya ...." Ia sengaja menggantung kalimatnya di udara.

Ditatapnya Alyna. Shilla memasang telinga baik-baik. Bibirnya berkedut membentuk senyum.

"A."

Senyum Shilla seketika memudar. Lenyap begitu saja. "A?" ulangnya tak percaya. Dikka?

"Iya," jawab Alyna seraya mengangguk semangat. Tak memerhatikan perubahan ekspresi sahabatnya.

Anggukan Alyna benar-benar membuat hati Shilla tertohok. Seperti dikoyak-koyak. Rasanya mencelos sakit, lebih sakit dari membaca kisah tadi. Gadis itu bungkam, mati kutu. Hampir menangis detik itu juga.

Apa Kabar, Luka? (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang