Raut semringah Dikka langsung berubah jadi bingung usai mendapat respons dari Shilla. Gadis itu menggelengkan kepala, apa maksudnya? Dikka benar-benar tidak mengerti.
"Kok, geleng kepala sih, Shill? Kenapa?" tanyanya menuntut jawaban.
Shilla berusaha tegar untuk mengatakannya, "Enggak ada kesempatan lagi."
"Ya, tapi kenapa? Ada apa, Shilla?"
Mata Shilla terasa perih dan semakin memerah sebab menahan tangis sekuat tenaga. "Gu-gue udah dijodohin sama anak teman orangtua gue. Besok malam acaranya. Tanggal lamaran juga katanya udah dekat," ucapnya dengan napas tak beraturan.
Bagai tersambar petir di siang hari, bibir Dikka terperangah lebar. Dadanya mendadak terasa sakit, seperti tertikam bongkahan batu besar yang merajam, mengoyak-ngoyak hati dan jantungnya hingga dadanya menggemuruh.
Tadinya, ia sangat senang bahwa mimpinya jadi kenyataan. Bertemu Shilla, Shilla juga mencintainya, tertawa renyah bersama, dan menikmati minum di botol yang sama. Dikka sangat bahagia, meski sesaat.
Tetapi sekarang, ia ingin kenyataan pahit ini jadi mimpi. Hanya bunga tidur, bukan realitas.
Napas Dikka tercekat, tertahan di tenggorokan. Rasanya sangat sesak. Tanpa sadar, matanya sudah berkaca-kaca. Ia menatap Shilla dengan sendu. "Dan lo terima itu?" tanyanya, berharap gelengan kepala sebagai jawaban.
Tapi ...
Shilla mengangguk pelan, ia tahu betapa kecewanya Dikka saat ini. Ingin rasanya ia mengusap buliran air mata yang nyaris jatuh di pelupuk mata Dikka. Namun apa daya, Shilla tak bisa berbuat apa-apa.
Matanya Dikka kerjapkan beberapa kali, ia tidak boleh menangis di depan Shilla. Setelah emosinya terkontrol kembali, ia berucap, "Lo bilang lo cinta sama gue, tapi lo malah terima perjodohan itu? Ck."
"Terus gue harus gimana? Gue gak mungkin ngelawan orangtua!"
"Lo bahkan belum berjuang, Shilla Anindya!"
Shilla tersentak mendengar ucapan tegas Dikka yang bernada menukik itu. Gadis itu berdiri lalu maju selangkah, membelakangi Dikka. Entah mengapa ada sensasi perih yang tercipta.
"Lo bentak gue?" tanya Shilla lemas tanpa menoleh ke belakang.
Dikka mengacak rambutnya, "Gue gak bentak lo, Shilla ..." ucapnya melembut.
"Tapi lo ...." Shilla nyaris terisak.
"Maaf ... gue gak ada niatan secuil pun buat ngebentak lo. Dan demi Allah, gue gak bentak lo, Shill." Dikka segera bangkit, berdiri di depan Shilla yang sedang menunduk.
Orang-orang di sekitar taman memandangi mereka, mungkin karena perdebatan kecil mereka tadi. Namun, Dikka tidak peduli. Yang ia pedulikan sekarang adalah penjelasan rinci dari Shilla mengenai perjodohan itu.
"Udahlah, Dik. Mungkin kita emang gak jodoh," pungkas Shilla pada akhirnya. Ia mengangkat kepalanya perlahan. Diusapnya air mata yang tanpa izin lolos sendiri melewati pipi. "Gue pulang ya?"
"Shill," cegah Dikka dengan memanggil namanya.
Shilla menguatkan diri. "Assalamu'alaikum."
Ya, Shilla tetap pada pendiriannya. Ia melangkahkan tungkai kakinya menuju arah pulang dengan membawa rasa sakit dan kecewa. Meninggalkan Dikka dan botol yang airnya tinggal setengah serta bunga matahari berwarna kuning yang sudah melayu.
"Walikumsalam ..." salam Dikka. Ia mengacak-ngacak rambut berjambulnya dengan sangat frustrasi. Menggigit bibir bagian bawahnya untuk menahan tangis. Astaghfirullah, istigfarnya kemudian.
🍃🍃🍃
Cecans 5A
Shilla memijit pelipisnya saat melihat nama grup pesan di WhatsApp tersebut. Pasti Ita yang mengubah nama grup itu lagi, yang awalnya '5ahabat 5ejati' -yang itu pun dibuat oleh Ita, jadi 'Cecans 5A'. Sumpah, bikin sakit mata melihat betapa alaynya.
Ita: Nama GC baru gesss, Cecans 5A
Fika: Najis, Ta. Pengen muntah gue
Ita: Fika, lo lagi hamil pake muntah segala?
Gatha: Lo kok tau, Ta? Jangan-jangan pengalaman ya?
Ita: Ih, dedek emesh masih polos tahu
Fika: Njir, gue timpuk juga pala lo, Ta!
Ita: Sini kalo berani wle :p
Alyna: Cecans 5A artinya apaan, Ta?
Ita: Artinya adalah 5 cewek cantiks yg huruf nama terakhirnya A, lyn
Alynacl: Iya, ya? Nama kita ujungnya A semua. Alyna Clarissa, Shilla Anindya, Ita Amelia, Fika Amanda, dan Gatha Crissta
Fika: Wah, baru nyadar gue
Gatha: (2)
Alyna: (3)
Ita: Parah lo pada, sahabatan udah lama tapi baru nyadar pas mau lulus SMA, herrr
Shilla terkekeh kecil melihat pesan-pesan tersebut. Ia ikut menimbrung dengan mengetikkan sebuah pesan.
Shilla: Kenapa nama grupnya diganti? Padahal udah nyaman sama yg lama♥
Beberapa detik kemudian banyak balasan yang muncul.
Gatha: Karena yang bikin nyaman suatu saat nanti akan pergi dan tergantikan
Fika: Berpindah ke lain hati♥ memang sulit, apalagi kalo udah nyaman
Ita: Apalah dayaku yang tidur sama kasur aja bikin nyaman semalaman
Alyna: sepertinya tema malam ini nyaman.
Ita: Uh, bucinku, love deh❤
Shilla: Gue off lagi ah _-
Gadis itu keluar dari ruang pesan dan menutup kembali ponselnya. Ia merebahkan tubuhnya di kasur empuk yang kata Ita kalau tidur sama kasur saja bikin nyaman semalaman. Namun, Shilla tidak merasakan nyaman sama sekali. Mungkin itu karena pikirannya yang terus mengingat kejadian tadi pagi bersama Dikka hingga membuatnya pening sendiri.
Mendengus, Shilla memiringkan tubuhnya ke kanan dan meraih ponselnya kembali. Ia memutar salah satu lagu dari playlist favoritnya. Seketika, suara merdu milik Gus Azmi dan permainan alat musik hadroh mengalun.
Jangan turuti nafsu
Tanamkan di hati
Iman yang kokoh
Pacaran tidak perlu
Temukan cinta dalam istikharahIa memejamkan matanya perlahan. Menikmati lagu itu yang membuatnya sedikit tenang. Tidak hanya suaranya, orangnya, ataupun permainan hadrohnya, namun lebih ke lirik lagunya yang bikin Shilla tenang sebab lebih ingat Allah dan Rasul-Nya.
Bila kau jatuh cinta
Ingin memilikinya
Minta restu orangtua
Datangilah rumahnyaShilla tersenyum hambar, "Lo kalah cepat, Dik."
Bila putus cinta
Ditinggal kekasih
Sudah tak mengapa
Janganlah bersedihCinta yang sejati
Mengajak yang halal
Takkan jauh pergi
Pasrahlah tawakkalPerlahan, Shilla tertidur pulas dengan mendengarkan lagu merdu yang terus mengalun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Kabar, Luka? (TAMAT)
SpirituellesFollow dulu sebelum baca✔️ ⚠️Awas Baper!⚠️ *** Saat Shilla sedang berusaha menyembuhkan luka hatinya, mencoba melupakan bayang-bayang cinta pertama, dan belajar mengharap hanya pada-Nya, Dikka datang. Membawa udara segar yang menenangkan, memoles wa...