11. Kertas Usang

1.6K 85 1
                                    


"Ehem." Vannesa berdehem karena kini ia bingung mengatasi situasi awkward ini.

Pada awalnya hanya ada dua kursi berhadapan. Kini ada empat kursi. Karena penghuninya bertambah dua.

Vannesa duduk bersebelahan dengan Nia. Berhadapan langsung dengan Nathan. Di samping Nathan ada Elang.

"Okey, sekarang kita mau ngapain?" Ujar Vannesa berusaha memecah keheningan.

"Gue kesini kan mau minta penjelasan. Jangan bilang gara-gara ini lo..." ujar Nia terputus.

Vannesa mengangkat kedua tangannya. Berusaha menghandle temannya yang suka ceplas-ceplos itu.

"Wait, mending saling kenalan dulu deh. Biar nggak salah paham." Ujar Vannesa.

"Nia, kenalin ini namanya kak Elang. Dia guru les gue." Ujar Vannesa sembari menunjuk Elang.

"Kak Elang, kenalin ini Nia temen aku." Ujar Vannesa.

Mereka berdua lantas berjabat tangan. Kini pandangan mata Vannesa beralih ke Nathan. "Ehem." Vannesa berdehem sejenak.

"Kalo yang ini namanya Nathan, Kak. Dia adek kelas aku." Ujar Vannesa pada Elang.

"Elang." Ucap Elang sembari mengulurkan tangannya ke hadapan Nathan.

"Nathan." Balas Nathan singkat.

Vannesa meneguk minumannya. Tenggorokannya terasa sangat kering sekarang. Apalagi yang harus ia lakukan?

"Nah gini, gue rencana mau belajar di sini. So, Nathan, sama lo Nia. Bisa ngobrol-ngobrol dulu kek. Gue mau les dulu sama Kak Elang."

"Okey! Than! Ikut gue." Ujar Nia kemudian bangkit.

"Duluan ye, Kakak ganteng." Ujar Nia cablak. Benar-benar tak tau malu. Sementara itu Elang hanya tersenyum miring.

Nia mengambil posisi yang tak jauh dari Vannesa. Nathan lantas mengikutinya.

"Kita ngapain ke sini, Kak?" Tanya Nathan.

"Elah udah diem aja! Kita awasin aja dari sini. Gue masih kepo soalnya." Ujar Nia kemudian matanya mulai mendelik ke arah Vannesa yang tengah bercakap-cakap dengan Elang.

"Kepo kenapa?"

"Gue denger Vannesa putus sama Azka." Ujar Nia.

"Emang udah putus. So, masalahnya dimana?" Ujar Nathan enteng. Ia meminum latte miliknya.

"What?! Lo udah tau?" Kaget Nia.

"Udah lah. Gue yang pertama tau." Ujar Nathan lagi-lagi dengan enteng.

"Sial! Kudet dong gue?"

"He-eh." Balas Nathan. "Kenapa musti les sama itu orang sih?" Celetuk Nathan.

"Kenapa emangnya?" Tanya Nia sembari memandang aneh ke arah adik kelasnya itu.

"Nggak suka aja. Gimana kalo guru lesnya itu naksir sama Kak Nesa? Kan berabe." Ujar Nathan sembari mendelik tajam.

Kini giliran Nia yang menatap Nathan tajam. Matanya menyipit hingga benar-benar membentuk garis lengkung.

"Lo beneran suka sama Vannesa?" Ujar Nia menginterogasi.

Nathan nyinyir, "Serah lo deh, Kak. Lo sama kayak Kak Nesa. Nggak peka."

Nia mendelik. Pandangannya lantas teralih ke Vannesa yang tengah sibuk dengan Elang. Dua orang itu tak menghiraukan keadaan sekitar.

Drtt... drt...

Ponsel yang ada di meja bergetar. Vannesa hanya melirik karena itu bukan ponsel miliknya, melainkan ponsel milik Elang. Elang membaca pesan yang masuk dengan raut wajah yang serius.

Brondong Idaman [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang