24. Liburan

1.4K 72 0
                                    

Hari pertama liburan di Jogjakarta. Vannesa sungguh antusias. Ini liburan yang sangat berarti baginya. Ia bagai bebas dari kurungan besi yang mengkrangkengnya.

Akhirnya Vannesa tiba di Yogyakarta semalam. Setelah melewati perjalanan yang amat panjang. Dan sangat melelahkan menurutnya. Apalagi ia tak begitu betah duduk lama di dalam kereta. Rasanya pegal sekali, dengan posisi kaki yang harus tertekuk selama beberapa jam.

Semalam ia tidur sangat nyenyak. Bahkan ia tak bermimpi apa pun. Langsung tidur untuk waktu yang lama. Memangnya ini kisah putri tidur?

Hm.

Udara yang sejuk langsung menerpa wajahnya ketika membuka pintu rumah eyangnya. Pintu itu menimbulkan bunyi "krek" ketika Vannesa menarik gagang pintunya.

"Iya, Halo Ma." Ujar Vannesa ketika menerima telepon dari sang Mama, Belinda.

Ia melangkah ke teras depan rumah. Ada halaman yang sangat luas. Ada dua pohon yang mengapitnya. Pantas saja udara di sini sangat sejuk. Ternyata ada pohon yang amat rindang.

"Gimana? Udah ketemu eyang belum? Eyang kakung baik-baik aja kan? Nggak lagi sakit kan?"

"Baik kok, Ma. Eyang kakung lagi di teras belakang. Lagi main catur sama Nathan."

"Oh ya udah, sampein salam mama ke eyang kakung."

""Iya, Ma. Nanti Nesa sampein ke eyang."

"Ati-ati selama di sana ya? Kalo bawa barang diperhatiin, jangan sampe ilang."

"Iya Mama ku sayang. Nesa bakal ati-ati kok. Kan Nesa udah gede." Ada nada merajuk terdengar di sini.

Terdengar kekehan Belinda di seberang sana, "Ya, udah. Have fun ya, sayang. Jangan lupa kabarin mama papa kalo ada masalah!"

"Okey siap Mama."

Tut... tut... tut...

Vannesa segera melengkah ke dapur setelah menutup panggilang dari sang mama. Ia melihat ada Mbok Inah yang sedang sibuk menyiapkan makanan. Liatlah. Meskipun dapur ini terlihat sangat sederhana di bandingkan dapur rumah kota, namun makanan yang disajikan tentu saja tak kalah enak.

Rumah ini tak berubah setelah hampir tiga tahun Vannesa tak ke sini. Suasananya masih asri. Hening.

Rumah berbentuk joglo. Dengan tembok kayu jati tua yang kokoh. Dan perabotan rumah yang didominasi oleh kayu. Siapapun yang belum pernah ke sini tentu langsung terpana dengan rumah ini. Identik dengan Jawa yang sungguh mempesona. Bagi penyuka klasik mungkin ini adalah rumah yang keren. Vannesa saja sangat menyukai rumah.

Ada beberapa foto yang terpasang rapi di dinding kayu itu. Termasuk foto keluarga mereka. Belinda, adalah anak tunggal di keluarga ini. Jadi bisa dibilang Vannesa adalah cucu tunggal. Dan otomatis dia menjadi kesayangan.

Lihatlah. Ada beberapa foto masa kecil Vannesa. Ada foto Vannesa yang mengenakan kebaya yang agak kedodoran karena tak sesuai dengan ukuran tubuhnya saat itu. Ada juga foto yang menampilkan gigi ompong Vannesa ketika berusia lima tahun. Syarat akan nostalgia.

"Mbok Inah..." ujar Vannesa sembari tersenyum bak anak kecil.

"Eh mbak Nesa. Mau sarapan dulu mbak? Waduh, tapi simbok belum selesai masaknya ini lho."

Senyum khas orang jawa terpancar dari Mbok Inah. Mbok Inah ini merupakan asisten rumah tangga yang sudah bekerja di sini sejak Vannesa kecil. Ah, tidak, sejak Belinda masih kecil. Beliau sudah menghabiskan banyak waktunya bersama keluarga ini.

"Ah, enggak kok mbok. Lagian masih pagi juga kok. Mbok Inah mau masak apa emangnya?"

"Ini lho mbak, mau masak gudeg sama garang asem. Tapi lagi disambi (baca : diselingi) buat kopi sama telo goreng."

Brondong Idaman [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang