47. Selamat Datang Liburan

234 11 4
                                    

Pagi yang cukup cerah. Hm, lebih tepatnya beberapa jam yang lalu. Karna saat ini matahari sudah mulai menyengat dan bisa membuat kulit gosong. Maklum saja ini sudah menunjukkan pukul 10 lebih.

"Waktunya maen!" Nia sudah tampak fresh dengan pakaian santainya. Ia menuju kamar tamu, tempat sepupunya menginap. Siapa lagi kalau bukan kamar Si Cicak, ah, Cakka maksudnya.

"Cak?!" Nia berteriak sembari mendorong pintu kamar yang setengah terbuka.

Uhu! Nia sedikit terperanjak ketika melihat apa yang dilakukan sepupunya itu di siang hari ini.

"Apaan sih? Gue ngga budeg! Jangan teriak-teriak napa sih."

Nia melemparkan pandangan aneh melihat Cakka sedang sibuk dengan koper hitam. "Elo mau kemana?" ujarnya heran. Ya, aneh saja melihat Cakka sudah berkegiatan, pasalnya Cakka hanya akan rebahan saat tidak diajak ia pergi.

Cakka menutup kopernya. Sebagian barangnya sudah masuk ke dalam koper. Tinggal beberapa pakaian yang masih tersimpan di lemari dan yang masih menempel di badannya. "Balik."

"What? Balik? Katanya masih minggu depan?" Celetuk Nia.

Cakka menghempaskan badannya ke atas ranjang. Kemudian merogoh ponselnya yang ada di nakas. "Engga jadi. Di sini gue jadi babu lo mulu. Males!"

Nia melemparkan pandangan tajamnya. Dasar sepupu yang tidak tau diuntung! "Gue nanya serius Cicak!"

Cakka melontarkan jawaban, "Iya gue emang rencana balik Minggu depan sih. Tapi ga jadi. Ada something."

"Something apaan sih?"

Cakka pasang muka meledek ketika Nia memandanginya dengan pandangan yang bertanta-tanya, "Jomblo mana paham?!"

Shit!

Nia menyerah. Ia tidak bisa melawan sepupu yang tidak punya akhlak sama sekali. Menurutnya Cakka perlu mendapat terapi agar akhlaknya kembali lagi. "Kunci mobilnya dimana?" tanya Nia sembari menjulurkan tangannya ke arah Si Cakka.

Alih-alih memberikan kunci, Cakka justru menunjuk ke arah meja rias dengan menggunakan dagunya sementara matanya masih tertuju ke gawai pintar. "Ambil sendiri ngapa! Tuh di meja!"

"Haish! Mau ikut ga, lo?" tanya Nia lagi.

"Kemana?" Kali ini Cakka sedikit menoleh. Barangkali ia mendapat tawaran yang bagus. Barangkali ia mau ditraktir makan atau mau dibelikan sesuatu sebagai ucapan selamat tinggal. Ataupun tawaran menarik lainnya. Namun...

"Ke rumah Vannesa."

Cakka memutar bola matanya malas, "OGAH?! Paling elo berdua ngerumpi." Celetuknya.

¤¤¤

Vannesa masih meringkuk di atas ranjangnya. Ia masih malas melakukan apapun yang sebenarnya sudah ia agendakan. Wajah Vannesa sedikit cemberut, namun kemudian berubah jadi cerah, beberapa saat kemudian ia memasang ekspresi yang sedikit aneh.

"Halo?"

Vannesa menempelkan ponselnya ke telinga. Masih dengan posisi meringkuk di atas ranjang. Ia belum berniat untuk sekedar bangkit dari posisinya itu.

"Lama banget sih ngangkat telpon dari gue? Elo masih ngambek sama gue?" Terdengar suara bass di seberang sana.

"..."

"Kak Nes?"

Sudah bisa menebak siapa yang menelpon? Tentu saja Nathan. Siapa lagi yang akan memanggil Vannesa dengan sebutan Kak Nes? Hanya bocah itu yang melakukannya.

Brondong Idaman [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang