41. Crazy

564 30 4
                                    

Suasana canggung terasa begitu kental di dalam mobil milik Vannesa ini. Vannesa sibuk dengan setir mobilnya, sementara laki-laki yang di sampingnya sibuk dengan gawai atau ponsel. Tak ada percakapan antara keduanya sejak awal mereka masuk ke dalam mobil ini. Bahkan sampai sekarang, saat mobil milik Vannesa berhenti di parkiran.

Vannesa segera melepas sabuk pengamannya. Meloncat turun dari mobil dan menuju ke pintu ke sebelah kiri. Sebelumnya, ia mengambil tongkat kruk yang ada di kursi penumpang belakang.

Vannesa menyerahkan tongkat kruk itu ke Azka, dan kini giliran Azka yang turun dengan sedikit tertatih. Tas milik Azka masih berada di jok depan.

"Biar gue yang bawain." tawar Vannesa cepat ketika melihat Azka tampak kesusahan untuk meraih tas. Alhasil Vannesa membawa dua tas sekaligus. Satu di punggung dan satu lagi di bahu kanannya. 

"Thank you Vann."

Mereka berdua melangkah beriringan. Vannesa dengan sabarnya menunggu Azka yang melangkah dengan perlahan. 

Ups.

Mereka berdua berpapasan dengan tiga orang adik kelasnya, yang tentu saja tidak asing bagi Vannesa maupun Azka. Mereka betiga tak lain dan tak bukan adalah Shilla, Ify, dan Via. 

Mereka berlima sempat berhenti ketika berpapasan. Shilla tampak memandang Azka dan Vannesa dengan pandangan sinis penuh kebencian, namun tak mengucapkan sepatah katapun. Begitu juga dengan anteknya, Ify dan Via, yang hanya mengikuti apa  yang dilakukan Shilla.

Azka dan Vannesa saling lempar pandang ketika Shilla dengan santainya melangkah pergi. Mereka mungkin sedikit terkejut dengan reaksi Shilla yang berbeda dengan biasanya. Alias, mereka bingung kenapa Shilla berubah menjadi jinak tidak seperti macan lagi.

Tak lama keduanya berhenti tepat di depan kelas Azka. Taukah kalian? Mereka berdua kini menjadi pusat perhatian. 

Azka? Jalan bareng mantannya?

Mungkin begitulah yang dipikirkan oleh orang-orang di sekitar mereka. Apalagi beberapa minggu yang lalu mereka melihat keributan yang dibuat oleh  Azka dan Nia di papan pengumuman. Tentu saja mereka akan bertanya-tanya dan kadang berspekulasi yang tidak-tidak. Itu semua karena mereka hanya melihat sebagian kecil dari permasalahan mereka, tanpa mengetahui alur yang sebenarnya.

"Thanks Vann, gue bisa masuk sendiri." Ujar Azka sembari mengambil tas dari Vannesa.

Vannesa mengangguk, "Kalo ada apa-apa bilang sama gue." 

Azka mengangguk.

Vannesa balik badan. Ia menuju ke kelasnya. Vannesa sedikit menundukkan wajahnya karena merasa risih juga. Siapa sih yang tidak risih ketika menjadi pembicaraan orang di hadapannya langsung?

Set.

Entah karena Vannesa terlalu menunduk atau karena sama-sama tak memperhatikan jalan, Vannesa hampir bertabrakan dengan seorang gadis. Gadis itu hanya bungkam. Tak mengucapkan apapun, secepat kilat menghilang dari pandangan Vannesa. Vannesa pun tak tau siapa gadis itu, yang ia tahu hanya gadis itu menggunakan kacamata berwarna silver.

"Vann?!"

Dari kejauhan Vannesa bisa melihat Nia yang melambai ke arahnya. Dan Vannesa benar-benar menghembuskan nafas lega.

"Dari mana lo?" tanya Nia ketika Vannesa mendekat ke arahnya.

"Oh, gue abis nganter Azka ke kelasnya."

"What? Elo nganter Azka ke kelasnya?"

Vannesa mengangguk.

Nia menarik nafasnya dalam-dalam. "Lo yakin bisa baikan lagi sama Azka?" tanya Nia.

Brondong Idaman [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang