36. Jantungan

865 41 0
                                    

"Lo mau kita balikan?" Tanya Azka tiba-tiba.

What the...?!

Mata Nia langsung membelalak. Untung saja urat syarafnya masih normal, jika tidak bola matanya pasti sudah menggelinding entah kemana.

Vannesa sama kagetnya. Ia langsung mengangkat tangannya untuk menjelaskan pada Nia. "Ni, kalem, okey?"

Vannesa celingukan, takut meja ini menjadi pusat perhatian siswa yang sedang ada di kantin ini.

"What? Vann, elo nggak salah?"

Wow, suara Nia terdengar berapi-api. Dan karena suara ini, Vannesa jadi bisa melihat ada beberapa anak yang mulai melirik ke meja ini. Tentu saja dengan sembunyi-sembunyi.

Kejadian tempo lalu, waktu Azka main ke rumahnya sebelum Nathan berangkat keluar negeri, Vannesa memang belum memberitahukannya kepada Nia. Ia masih memikirkan dampak apa yang akan ditimbulkan, jika Nia mengetahui hal ini.

Kejadian tadi pagi, ketika Vannesa tak sengaja bertemu dengan Azka di dekat parkiran saja sudah membuat Nia sedikit sensi. Tentu saja Vannesa jadi was-was.

Vannesa langsung meringis, "Enggak Ni. Nathan mau..."

"Wah, gue nggak nyangka elo mau selingkuh..."

Ini semua ulah Azka. Kenapa Azka harus mengucapkan kalimat itu, sih? Lihat akibatnya!

"BWAHAHAHA?!"

Nia dan Vannesa langsung kicep mendengar tawa Azka yang pecah begitu saja.

Apa lagi ini?!

Azka memegang perutnya, "Ya ampun Ni, gue cuma becanda kali. Gue ke sini bukan buat ngajak Vannesa balikan!"

"Ya terus elo ngapain di sini?"

Vannesa menyela, "Tuh, kan, Ni. Lo udah denger sendiri.

"Gue di sini mau makan lah." Ujar Azka enteng sembari menunjukkan piringnya yang berisi makanan.

Nia masih tak habis pikir, "Kenapa musti di meja kita sih? Kan elo bisa gabung sama yang lain."

Azka tiba-tiba saja mengalungkan tangannya ke bahu Vannesa. Omg! "Gue sama Vannesa sahabatan. So, gue boleh dong makan di sini." Ujarnya santai.

Nia mengedipkan matanya. Wah, tiba-tiba pandangannya jadi buram melihat semua ini. Drama macam apa ini? Dan jujur saja, Nia masih dongkol dengan Azka yang kemaren menantangnya gara-gara si wanita ular itu. Dan sekarang, dengan tiba-tiba, Azka mengaku jadi sahabat Vannesa?

"Wah, kayaknya elo udah bener-bener gila ya?! Jauh-jauh deh dari kita!" Ujar Nia dengan nada yang sedikit tinggi, hanya sedikit.

"APA-APAAN NIH?!"

Jeng...jeng...

Tebak siapa yang muncul!

Shilla yang notabene posisinya sebagai pimpinan geng, dengan anak buahnya yang sudah berdiri di belakangnya. Tatapan matanya tertuju pada tangan Azka yang masih tersampir di bahu Vannesa. Ia tidak suka dengan itu.

Nia melirik ke arah kawanan singa betina itu. Ia hanya mengangkat alisnya dengan santai, "Eh, ada mak lampir. Bagus deh..."

"What?!"

"Duh, nggak tau malu banget sih godain orang yang udah jadi mantannya. Kalo gue malu, ya nggak guys?"

Shilla terkekeh bersama dengan gengnya.

"Duh, bukannya elo yang nggak tau malu?" Sindir Nia balik.

Secara perlahan Vannesa meletakkan tangan Azka dan kemudian bangkit. Tak lupa ia mengambil ponselnya yang tergeletak di meja. Ponsel itu meninggalkan bekas basah di meja.

Brondong Idaman [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang