46. Dua centang abu-abu

731 28 10
                                    

Hari libur adalah hari yang menyenangkan!

Nia keluar kamarnya. Ia hanya memakai kaos oblong berwarna putih dengan celana pendek berwarna hitam. Rambutnya pun masih acak-acakan.

"Hoam!"

"Bauk ih! Jorok amat jadi cewek jam segini baru bangun."

Nia melirik tajam ke arah Cakka yang tengah menutup kedua lubang hidungnya. Hei, memangnya ia sebau itu? Ia hanya baru saja bangun dengan wajahnya yang masih kucel dengan rambut yang masih mengembang karena sama sekali belum disisir.

Sangat kontras dengan Cakka yang terlihat sudah klimis pagi ini. Dengan setelan santai, kaos hitam panjang yang dipadukam dengan celana jeans berwarna abu-abu. Tak lupa dengan sneakers berwarna putih yang sudah terpasang rapi di kaki Cakka.

Nia melemparkan tatapan selidik, "Mau kemana lo?"

"Idih kepo?! Urusin diri lo sendiri napa. Mandi gih! Jijik bet tau?!" Sindir Cakka kemudian melangkah keluar dari ruang tamu. "Mobilnya gue bawa yak?! Elo di rumah aja jangan kelayapan!"

"YAK?! Mau kemana lo?" jerit Nia yang sedari tadi penasaran dengan sepupunya itu.

Cakka sama sekali tak mengindahkan pertanyaan Nia. Pria itu segera membuka pintu mobil. Memasang seat belt-nya. Okey, saatnya melajukan mobil.

Setelah menghabiskan waktu lebih dari setengah jam, akhirnya Cakka tiba di sebuah kedai es krim. Ia masuk ke dalam kedai itu. Dan ternyata sudah ada wanita yang menunggunya di sana. 

"Hei, Vann. Sorry telat." sapa Cakka, pria itu merasa tak enak karena sudah terlambat lima belas menit dari waktu yang telah mereka sepakati.

Cakka menarik kursi di depan Vannesa dan menghempaskan pantatnya dengan perlahan. Ia melihat Vannesa masih menikmati es krim nya.

"It's okay. Toh gue yang mau ngerepotin elo." Jawab Vannesa santai.

Gadis itu tampak cantik dengan manset turtle neck warna  putih dan celana jeans panjang berwarna hitam. Rambutnya ia cepol simpel ke atas. Terlihat santai namun tetap terlihat anggun.

"Jadi?" tanya Cakka mengambang.

Vannesa menyingkirkan es krim dari pandangannya dengan cara menggesernya ke kanan. "Jadi, kayak yang gue bilang lewat chat semalem, gue mau minta tolong elo cariin gue alamat. Dan sekalian gue mau elo nemenin gue."

"Cuma itu? Gampang sih. Gue usahain." Cakka menyanggupi tanpa ragu-ragu.

"Thanks  Kka, gue nggak tau harus minta tolong ke siapa lagi."

"Kalem aja dong."

"Tapi usahain dia enggak curiga ya? Sekalian jangan sampe ini bocor ke sepupu lho. Entar rencana gue bisa bocor kalo dia sampe ngadu."

Cakka mengangkat tangannya yang membentuk tanda 'ok'.

¤¤¤

Orang bilang kunci hubungan terletak pada komunikasi yang baik. Lalu bagaimana jika komunikasi antar pasangan tak berlangsung baik seperti dalam hubungan Nathan dan Vannesa?

Lihat.

Seminggu sudah berlalu. Namun keduanya masih tak saling komunikasi satu sama lain. Bahkan pesan Nathan beberapa hari yang lalu pun tak kunjung dibalas jua.

Nathan mengacak rambutnya frustasi. Ia menghempaskan badannya ke atas ranjang. Kakinya yang separuh masih menggantung di ujung ranjang.

Pikirannya sedikit kacau. Ah, tidak. Ia benar-benar kacau sekarang.

Brondong Idaman [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang