12. Kalung Misteri

1.7K 76 0
                                    


"Eh, apa-apaan nih?" Jerit Vannesa ketika tangannya ditarik dengan kasar oleh Nathan.

"Udah diem aja deh kak." Ujar Nathan.

Bocah tengik itu dengan sekonyong-konyongnya menarik tangan ketika Vannesa melangkah di koridor kelas sebelas. Awalnya ia ingin pulang karena jam kelas telah usai. Bahkan ia sudah menenteng tasnya dengan senanv hati. Namun karena bocah tengik itu semuanya jadi berantakan.

"Duduk!" Ujar Nathan sekonyong-konyongnya.

Ternyata Nathan membawa Vannesa ke ruang perpustakaan. Vannesa dihadapkan dengan banyak tumpukan buku di meja pojok.

"Maksudnya apa nih?" Tanya Vannesa bingung.

Nathan ambil posisi duduk terlebih dahulu karena Vannesa masih belum menuruti perkataannya. "Bantuin gue, Kak Nes. Gue dapet tugas nih buat sinopsis buku cerita. Pilihin satu buat gue."

"Lah? Itu kan tugas lo. Ngapain juga gue musti bantuin lo."

"Please deh, Kak. Bantuin gue kali ini aja."

Vannesa menyinyir. Ia tak punya pilihan lain. Jika ia tetap menolak membantu bocah itu, bocah itu tidak akan membiarkan ia pergi dengan mudah begitu saja. Akhirnya ia mengalah dan menyeret kursi ke belakang kemudian menghempaskan pantatnya ke kursi yang keras itu.

"Pilihin satu yang bagus, oke." Ujar Nathan memerintah.

Vannesa sebenarnya dongkol. Baru kali ini ada orang yang dengan seenaknya menyuruhnya. Apalagi orang itu lebih muda darinya.

Nathan sibuk dengan ponselnya sementara Vannesa masih sibuk memilah-milah buku yang sudah dipilih Nathan sebelumnya. Satu persatu judul buku itu sudah Vannesa baca. Namun tak ada yang menarik di hatinya.

"Nggak ada yang bagus," celetuk Vannesa kemudian.

"Masa nggak ada? Itu yang gue pilih padahal novel remaja semua. Masa nggak ada yang bagus sih? Pokoknya harus ada satu yang bagus." Ujar Nathan ngotot.

"Ya, elah. Cari aja sendiri."

"Elah jangan ngambek kak. Bantuin gue kek. Kali ini aja. Besok dikumpulin nih."

"Ya gimana? Orang nggak ada yang bagus." Ujar Vannesa.

Vannesa tiba-tiba teringat dengan buku yang semalam ia temukan di gudang rumahnya. Tadi malam ia sempat membaca. Dan ia menjadi teringat masa kecilnya yang suka membaca buku cerita.

"Ah, gue ada buku bagus." Ujar Vannesa tiba-tiba.

Nathan mengangkat alisnya penasaran ketika Vannesa mengobrak-abrik tas miliknya. Lalu ia melihat kakak kelasnya itu mengeluarkan sebuah buku.

"Nih!" ujar Vannesa kemudian meletakkan buku itu tepat di meja. Persis di depan Nathan.

Nathan terdiam cukup lama setelah membaca judul buku itu. Meskipun sudah cukup usang namun masih dapat jelas dibaca.

"Woy! Ngapain ngalamun?" tanya Vannesa sembari mengayun-ayunkan tangannya di depan wajah Nathan yang masih terbengong-bengong.

"Nih buku bagus. Lo baca gih. Nah sekarang gue mau balik dulu okey?" ujar Vannesa kemudian berdiri.

Kak Nesa, Panggil Nathan sembari mencekal pergelangan tangan gadis bermata coklat itu.

"Apa lagi?"

"Temenin gue!" pinta Nathan.

"Gue mau ba..."

"Please temenin gue." Ujar Nathan memelas.

Nathan benar-benar tampak tulus meminta tolong kali ini. Karena merasa iba Vannesa pun memutuskan untuk kembali ke posisi semula.

Brondong Idaman [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang