18. Malam Spesial

1.5K 69 1
                                    

Acara yang ditunggu-tunggu telah tiba. Suasana sekolah sudah ramai. Tak lupa dengan gemerlap lampu-lampu di malam ini. Para siswa sudah siap di aula.

Dan sesuai perjanjian, malam ini Vannesa terpaksa datang dengan Nathan.

"Gue aneh nggak sih?" Ujar Vannesa sembari melihat gaun peach yang ia kenakan.

"Udah, bagus kok. Lo keliatan cantik kok." Ujar Nathan.

Vannesa memalingkan wajahnya. Takut merasa besar kepala.

"Dari sononya emang udah cantik kok. Nggak usah dijelasin lagi." Canda Vannesa dengan wajah sok polosnya itu.

"Itu semua tuh berkat gaun yang gue kasih." Nathan menimpal.

Dengan tegas Vannesa menggeleng, "Nggak bisa, pesona gue ini natural. Saking naturalnya, tuh lebah aja bisa ngasilin madu."

"Lah? Apa hubungannya?" Nathan menahan tawanya.

"Adalah. Lo-nya aja yang telat mikir."

Tiba-tiba terdengar suara menggema dari sound system. Perhatian Vannesa dan Nathan pun teralih.
"Okey, buat semuanya aja bisa segera kumpul ke aula karna acaranya sebentar lagi dimulai."

"Yuk, Kak. Udah mau mulai juga." Ujar Nathan kemudian menarik tangan Vannesa.

"Oy! Pelan-pelan gue pake gaun."

"Oh iya lupa. Kan biasanya lo kayak cowok. Ya, sorry." Ceplos Nathan.

"Enak aja! Cantik kayak artis korea kayak gini kok dibilang kayak cowok. Mata lo katarak?"

"Nggak katarak kok, cuma buta aja. Iye buta gara-gara cinta."

Vannesa berdecak, "Dasar ogeb. Otak gebleg."

Anak-anak pun berbondong-bondong menuju aula sekolahan yang luas. Tak lupa para guru juga ikut menyemarakkan acara ini.

"Okey, karna semuanya udah kumpul acara segera dimulai. Nah acara kali ini acara yang istimewa buat kita semua. Di ulang tahun sekolah kita yang ke tiga puluh tiga ini kita tentunya berharap yang lebih baik lagi. Sebelum acara yang lain dimulai, ada acara dari bapak kepala sekolah kita nih, untuk bapak kepala sekolah waktu dan tempat dipersilahkan."

Sang kepala sekolah pun maju ke atas panggung untuk menyampaikan sepatah dua patah kata.

"VANNESA?!" ujar Nia sedikit nyaring. Untung saja suara Nia masih kalah dengan sound system acara.

"Hust! Diem elah!"

"Apaan sih Van? Gilak! Ini beneran lo? Pangling gue. Lo cantik juga kalo pake gaun kayak gini." Nia memuji Vannesa sambil memutar-mutar badan Vannesa.

Vannesa yang diputar-putar merasa pening juga. Di atas kepalanya seolah-olah ada burung-burung kecil yang terbang. Layaknya kartun ketika tokohnya merasa pusing.

"Eits, sorry ya. Gue emang cantik dari orok." Ujar Vannesa dengan lenggoknya yang sengaja dibuat-buat.

Nia mengeluarkan ekspresi jengah. "Idih, pede gilak."
"Gue sih pede. Elo yang gilak!" Vannesa tersenyum miring dan memainkan alis kirinya.
"Kayaknya gue salah muji lo tadi. Gue tarik ucapan gue. Lo nggak jadi cantik." Ujar Nia sembari menekankan nada bicaranya pada kata 'nggak jadi'.
"Eh, btw kalo lo pake gaun kayak cewek loh." Ujar Vannesa menyindir Nia.

Nia menarik napas dalam-dalam. Jika ia tak mengendalikan diri, pasti sebuah jitakan sudah mampir di kepala Vannesa. Meskipun tampilan Vannesa anggun, namun raganya berkebalikan. Sungguh kontras sekali.

"Untung gue sabar! Kalo nggak, mampus lo ditangan gue!"

Vannesa terkikik. Begitu juga dengan Nathan yang berdiri tak jauh dari mereka berdua. Tingkah aneh mereka berdua memang tak terelakkan.

Brondong Idaman [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang