6. Cowok Lain

1.9K 92 0
                                    


Seminggu telah berlalu dengan cepat. Kini Vannesa juga mulai sibuk dengan kegiatannya. Tak di sekolah tak di rumah ia harus belajar. Walaupun sedikit terpaksa Vannesa tetap melakukannya.

"Azka kemana sih? Kok susah banget buat ditemuin." Ujar Vannesa lesu ketika keluar dari kelas Azka. Orang yang ia cari tak ada di kelas.

Vannesa melangkah kembali ke kelas. Moodnya sedang hancur sekarang. Sejak seminggu lalu Azka benar-benar susah untuk ditemui. Bahkan ditelpon pun tidak diangkat.

"Kenapa manyun aja, Vann?" Ujar Nia begitu Vannesa duduk di bangkunya.

"Badmood gue. Nyariin Azka tapi nggak ketemu." Ujar Vannesa sembari menelungkupkan tangannya ke meja. Diikuti kepalanya yang menyender ke tangan.

"Udah lo telpon?" Ujar Nia lagi.

"Nggak diangkat." Ujar Vannesa lesu.

"Dari pada gabut manyun mulu mending ngaso yuk? Nyari cogan gitu." Ujar Nia memberi usul.

"Males gue." Ujar Vannesa.

"Udah deh, ayok!" Ucap Nia memaksa Vannesa. Karena Vannesa tak kunjung bergerak, Nia menarik tangan Vannesa cepat hingga mau tak mau Vannesa mengikuti langkah gadis itu keluar.

Mereka berdua berjalan menyusuri koridor kelas. Hanya sekedar berjalan untuk mencuci mata. Siapa tau ada cowok ganteng yang lewat di hadapan mereka.

Nia menyikut perut Vannesa, "Vann, ada brondong ganteng tuh!" Ujarnya.

Vannesa sudah paham siapa yang dimaksud Nia. Orang itu adalah Nathan. Sejak mereka bertiga ngobrol di kantin beberapa waktu yang lalu, Nia memutuskan menyebut Nathan dengan panggilan 'brondong ganteng'.

"Oh." Ujar Vannesa singkat.

"Kok oh doang sih? Samperin kek." Ujar Nia mengompori.

Vannesa menggeleng. "Males ah."

"Yaudah, gue suruh dia ke sini aja. " ujar Nia. "Nathan!" Teriak Nia sembari melambaikan tangan mengisyaratkan agar menghampiri mereka.

"Iya, kenapa Kak?" Tanya Nathan innoncent.

"Nggak apa-apa sih. Kita gabut doang. Lo liat Azka nggak?" Tanya Nia.

Vannesa hanya diam melihat percakapan mereka berdua. Ia sedang tidak mood berbicara kali ini. Benar-benar tidak mood.

Nathan menggeleng, "Enggak. Kenapa emang?" Ujarnya lagi.

Nia menunjuk Vannesa dengan ibu jarinya, "Nih anah nyariin Azka tapi nggak ada." Ujarnya.

"Udah, balik yuk. Badmood gue." Ujar Vannesa.

"Kasih Kak Nesa lolipop aja kalo badmood. Ntar juga ilang soalnya dia kan suka lolipop." Ujar Nathan pada Nia. "Gue duluan ya, Kak. Ada urusan bentar." Ujarnya lagi berpamitan.

Nia hanya mengangguk sebagai jawaban. Sementara itu Vannesa tengah berpikir, "Dari mana dia tau kalo penghilang badmood gue itu lolipop?" Batinnya.

"Kenapa bengong? Katanya mau balik ke kelas?" Ujar Nia sembari menyenggol lengan Vannesa.

"Kayaknya ada yang aneh deh sama Nathan." Ujar Vannesa sembari memiringkan kepalanya.

"Yang aneh itu lo bukan dia. Udah balik aja yuk. Ntar yang ada lo makin aneh." Ujar Nia.

"Gue yakin seratus persen ada yang aneh sama dia." Batinnya. "Apa dia bisa baca pikiran orang ya?"

Jam pelajaran telah usai. Vannesa melangkahkan kakinya menyusuri koridor kelas dengan langkah perlahan. Hari ini hari panjang yang melelahkan. Ditambah mood-nya yang kurang bagus membuat hari ini terasa lelah.

Brondong Idaman [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang