34. Orang Baru

971 39 1
                                    

Kali ini cuaca cukup mendung. Matahari pun tak menampakkan cahayanya. Suasana ini pas sekali menggambarkan perasaan Shilla pagi ini yang sedang kalut. Saat jam istirahaat seperti saat ini, dia sedang duduk di dekat ruang uks, ia sedang menunggu Azka. 

Shilla harus menyelesaikan urusannya dengan Azka. Bagaimana bisa Azka mulai menjauh darinya? 

"Kok lama banget sih, Kak? Kan aku udah lama nunggu di sini." 

Shilla sebenarnya tersenyum dalam hati meskipun ekspresi wajahnya  menunjukkan yang sebaliknya. Rupanya Azka diam-diam masih menganggap dirinya ada.

"Ada perlu apa sama gue?" tanya Azka to the point.

Shilla bersedekap, "Kakak kok sekarang makin dingin sama aku? Salah aku apa lagi?"

"Selama lo masih gangguin Vannesa gue nggak akan tinggal diam."

"Kakak kok belain dia sih? Kakak udah lupa kalo udah putus dari dia?"

Oke, sekarang emosi Shilla sudah terpancing. Ia merasa tidak sepadan dengan Vannesa yang menurutnya hanya sok kecantikan itu. Beda dengan dirinya yang berada di kelas atas.

Kedua tangan Azka masih tetap di dalam saku, semenjak ia datang ke sini tadi. "Sekarang dia sahabat gue kok."

"Sahabat?!" tanya Shilla dengan nada yang menyindir. Mana mungkin status mantan bisa berubah menjadi sahabat? Tidak mungkin!

Azka hanya pasang wajah datar, "Oke, gue emang pernah berniat deketin elo. Tapi gue nggak mau deket sama orang yang nggak mau nerima masa lalu gue. Apalagi nggak mau nerima temen-temen gue." ujarnya.

"Jadi kakak lebih milih belain dia?"

"Gue nggak bela siapa-siapa, Shill. Kalo elo masih mau deket sama gue, please, ubah kelakuan lo."

Azka berlalu begitu saja, meninggalkan Shilla yang menunjukkan raut wajah penuh amarah. Ia menyalahkan Vannesa dan Nia. Semua ini bersumber dari dua orang itu. Vannesa yang notabene adalah mantan kekasih Azka, orang yang ia suka. Dan Nia yang selalu saja berusaha melawannya untuk membela Vannesa. Dan ia berharap dua orang itu segera enyah dari muka bumi ini.

"Halo..." 

Shilla menelpon seseorang. Ia mengacak anak poninya karena sedang setres. "Kalian lagi di mana?"

"Kantin Shill," balas seseorang di seberang sana.

Shilla langsung memutus panggilan teleponnya setelah mengetahui keberadaan teman-temannya. Ia langsung mengambil langkah ke kantin. 

Di kantin.

Ify, Shilla, Clara dan kawan-kawan se-geng-nya sedang duduk manis berkeliling sembari menyantap cemilan mereka. Saat istirahat seperti ini memang paling enak itu menongkrong di kantin. Apalagi sambil menggosip.

Ify sedang menyeruput jusnya ketika Shilla datang menghampiri mereka sembari menggerutu sendiri. Ia hampir saja tersedak karena menahan tawanya melihat kelakuan Shilla yang begitu aneh.

"Ngapain lo dateng-dateng kok ngedumel mulu?" tanya Via.

Ify membenarkan ucapan Via, "Iya, bikin gue keselek aja lo. Makin lama makin absurd aja lo."

Shilla menggebrak meja dengan tangan kanannya, ia sedikit menyesal melakukan itu karena tangannya terasa sedikit panas, "Gue lagi sebel banget! Masa Kak Azka lebih milih mantannya yang songong itu ketimbang gue?!"

"Si Vannesa itu?" 

Shilla mengangguk sebal, "Iya! Kan nyebelin banget. Masa gue kalah sama modelan kayak begitu?!"

Brondong Idaman [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang