14. Ketika Salah Tingkah

1.7K 69 0
                                    

Vannesa berhadapan dengan segelumit angka dengan berjuta-juta rumus. Soal memang hanya satu lembar. Tetapi jawabannya yang membutuhkan halaman hingga berlembar-lembar.

"Ah! Elah! Pusing gue!" Seru Vannesa sembari membanting pensilnya ke atas meja.

Ia sudah berusaha menghapalkan materi itu dengan baik. Namun apa daya? Kapasitas otaknya terbatas. Besok ada ulangan matematika. Dan setelah itu ada ulangan fisika. Bagaimana otaknya tidak meledak?

Belum lagi dengan hapalan rumus fisika yang seabrek-abrek. Ditambah penalarannya dengan mapel itu yang sedikit lama.

Rasanya Vannesa ingin menghilang dari bumi ini. Paling tidak ia ingin menghilang dari sekolah esok.

Vannesa meletakkan kepalanya menyandar ke atas meja. Ditopang dengan kedua tangannya yang melipat membentuk siku-siku.

"Gimana sebelum gue masuk liang lahat, lo jadi pacar gue dulu?"

Perkataan Nathan tadi sore tiba-tiba melintas begitu saja di hadapan Vannesa.

"Wah! Kenapa gue jadi mikir yang enggak enggak sih?!" Gerutu Vannesa.

Tapi kalau diingat-ingat. Nathan tak hanya sekali dua kali mengatakan kalimat itu. Memang bukan kalimat yang sama. Namun memiliki inti kalimat yang sama.

Kalau boleh jujur. Nathan orang yang baik. Ia tak macam-macam. Hanya saja anaknya seenak hati. Ceplas-ceplos. Dan asal bertindak. Namun sebenarnya terlihat bahwa Nathan orang yang baik. Hanya sedikit menyebalkan.

"Sebenernya ganteng juga sih." Ceplos Vannesa tanpa sadar.

Memang. Nathan jika dilihat-lihat memang memiliki paras yang oke. Badan bagus. Mata coklat. Rahang tajam. Dan masih banyak lagi yang tidak perlu dideskripsikan mengenai tampilan fisik pemuda itu.

"Ah! Apaan sih? Ngapain juga mikirin bocah tengik itu! Sadar Nesa! Dia brondong!" Seru Vannesa sembari menggelengkan kepalanya keras-keras.

Sementara itu di lain tempat yang jaraknya tak jauh dengan posisi Vannesa. Nathan tengah berbaring di ranjang empuk miliknya. Satu tangannya ia jadikan sebagai penyangga kepalanya. Sedangkan tangan yang lain memegang buku. Itu adalah buku yang diberikan Vannesa kemarin.

"Gue nggak nyangka lo..." batin Nathan terputus karena deringan ponselnya di nakas meja. Nathan lantas mengambilnya.

Sebuah file berupa foto-foto masuk ke ponsel Nathan. Nathan langsung merekah senyum.

Nathan langsung membagikan foto itu ke Vannesa melalui media sosial Whats app. Itu adalah foto yang diambil tadi sore

[KakNes]

Send pict

Heh! Lo Nathan ya?

Cie langsung tau 😍
Gimana kak? Udah cocok kan? Tinggal pasang di foto undangan kita 😆

Undangan, undangan!
Yang ada kartu kematian lo 😤

Nathan terkekeh mendengar balasan dari Vannesa. Ia bisa membayangkan bagaimana reaksi Vannesa di seberang sana. Pasti pipinya akan menggembung sebal. Belum lagi bibirnya yang akan maju beberapa centi ke depan.

Kak Nes
Gue musti traktir Kak Nia. Gara-gara dia gue bisa punya foto bareng sama lo 😍
Ya nggak?

Sebahagia lo deh!
Gue mah dongkol sedongkol dongkolnya!

Kapan-kapan lagi yuk?

Brondong Idaman [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang