29. Ketahuan

1.2K 62 2
                                    

"Pak, istirahat dong. Tinggal lima menit lagi nih." Cowok berbadan gempal yang duduk di barisan pojok kanan mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar mendapat perhatian dari guru matematikanya itu.

Satu kelas pun sontak terbahak. Termasuk Vannesa. Dasar gembul. Pikirannya istirahat, istirahat dan istirahat. Seolah-olah berangkat sekolah hanya untuk istirahat dan pulang.

"Kayaknya kalian udah nggak sabar. Ya udah bapak diskon waktu. Tapi buat tugas, kalian kerjakan soal yang ada di paket halaman 105-107."

"Ah, Pak!" Sontak satu kelas merengek mendengar jawaban sang guru.

Menyebalkan.
Guru matematika itu selalu saja meninggalkan tugas. Jika tahu seperti itu, lebih baik istirahat seperti jam biasanya saja. Tak usah diberi diskon waktu.

"Tau gitu nggak usah diskon aja, Pak." Ujar si gembul tadi.

Sang guru terkekeh. Namun pada akhirnya ia tetap mengakhiri pelajarannya setelah membereskan buku-buku miliknya.

"Sesuatu yang sudah terjadi, tidak bisa di ulang kembali. Pokoknya pertemuan yang akan datang tugas harus sudah diselesaikan."

"Ah, Pak. Bahas minggu depan aja."

"Iya, Pak. Otak saya dedel makanya bahas bareng-bareng aja Pak."

Sang guru tetap menggeleng. Dan akhirnya ia menutup pelajarannya dan melangkah keluar. Setelah sang guru keluar, anak-anak langsung bergegas meninggalkan kelas, tanpa membereskan buku-buku mereka terlebih dahulu. Perut mereka sudah meronta minta diisi makanan.

Vannesa jadi ikutan cemberut. Hey, semakin ke sini ia semakin malas saja. Padahal ujian tinggal menghitung bulan. Vannesa, kemana semangatmu? Ayolah, bertahan beberapa bulan lagi!

Sementara itu Nia hanya memandang kelas tanpa ekspresi. Matanya jelalatan kemana-mana tapi pikirannya kosong. Sesekali ia mengetuk meja hingga menimbulkan suara "tuk...tuk...tuk...".

"Kasih tau Vannesa nggak ya?" Batin Nia.

Rupanya gadis itu masih menimang-nimang mengenai hal yang ia temukan semalam. Tapi...

"Woy! Ngantin yok."

Vannesa menepak punggun Nia. Untung Nia tak jantungan. Hanya sedikit latah.

"Etdah, buset dah. Ngagetin aja."

"Elo sih kebanyakan ngelamun. Kantin yok."

Nia menggeleng, "Ogah. Duluan aja sono. Gue masih ada urusan. "

"Urusan apaan?" Vannesa kepo.

Nia menjentikkan jarinya, "Idih kepo. Ini tuh rahasia pabrik tau."

Vannesa pasang wajah datar, "Dari kemaren rahasia pabrik mulu."

"Emang rahasia pabrik."

"Elah, kebanyakan nonton film lo. Korban drama." sindir Vannesa.

"Udah buruna sono!" Nia mengusir Vannesa dengan mendorong Vannesa agar segera menjauh dari bangkunya.

"Iya-iya."

"Hus...hus..."

Setelah memastikan Vannesa benar-benar pergi dari kelas, Nia langsung mengambil lembaran-lembaran kertas yang semalam ia cetak.

"Uhuy, mantep dah. Aib-aih dah lo."

¤¤¤

Azka baru saja keluar meninggalkan kelasnya. Dasar idola sekolah! Dia baru saja keluar kelas saja yang melirik sudah banyak. Bahkan tak ragu-ragu adek kelas langsung menyapanya. Tentu saja Azka tau ia jadi idola sekolah. Toh memang ketampanannya itu mumpuni.

Brondong Idaman [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang