16. Imbalan yang Impas

1.4K 63 1
                                    

Mobil hitam milik Nathan memasuki area parkir sebuah mall. Suara ban terdengar mendecit ketika Nathan menginjak pedal rem. Tak berselang lama si pemilik mobil keluar diikuti dengan Vannesa yang masih tak paham dengan Nathan.

"Kita ngapain ke sini?" Ujar Vannesa sembari menutup pintu mobil Nathan.

"Ngedate!" Jawab Nathan singkat.

Vannesa terbengong-bengong. Kencan? Tak terpikir sedikitpun kata itu di benak Vannesa. Jangankan terpikir, terlintas pun tak pernah.

"What?! Ngedate? Yang bener aja?" Ujar Vannesa sarkastis.

Nathan mendekati Vannesa kemudian menarik telapak tangan Vannesa agar melangkah bersamanya. "Ini udah bener kok. Kan kita pacaran? Ya nggak?" Nathan mengerlingkan matanya kemudian terkekeh geli.

Vannesa melotot geram, "Yak! Gue kan bilang dramanya udah selesai. Nggak usah baper kenapa?" Ujarnya jengah juga.

Nathan justru balik menyalahkan. "Gara-gara lo sih!"

"Hah?!"

Nathan mengangkat tangannya yang menggenggam tangan Vannesa. Bukan, lebih tepatnya menggenggam paksa.

"Nih? Gimana gue nggak baper? Orang kita juga gandengan kok." Kekehnya.

"Gila!" Cibir Vannesa.

"Udah ikut aja. Ini imbalan gue buat buku lo. Sekalian imbalan lo buat gue karna gue udah nolongin lo." Ujar Nathan.

"Sama aja boong!"

Nathan tak memperdulikan Vannesa yang menggeram. Ia terus melanjutkan langkahnya hingga tiba di sebuah gedung bioskop.

"Lepasih, udah sampe juga."

Nathan merogoh dompetnya. Kemudian mengeluarkan 2 lembar tiket masuk.

"Nih! Tiket nonton. Gue tau kok lo suka nonton film!" Ujar Nathan.

Vannesa mengkerut, "Tau dari mana?" Batinnya.

"Semua tentang lo gue tau." Ujar Nathan.

Vannesa mendelik tajam. Sepertinya dugaan bahwa Nathan bisa membaca pikirannya memang benar. Sudah kesekian kalinya Vannesa berpikir demikian. Nampaknya ini bukan sekedar opini. Namun fakta.

"Lagian kapan lo beli tiketnya?"

Nathan menggoyangkan jarinya di hadapan Vannesa. Memberikan isyarat bahwa itu adalah hal yang rahasia.

"Cis, pelit banget." Cibir Vannesa.

"Nyari cemilan aja yuk. Mau popcorn nggak?" Tanya Nathan.

"Boleh deh."

Setelah Vannesa mengangguk. Nathan lantas bergegas membeli popcorn berukuran jumbo pas untuk dua orang. Tak lupa ia juga membeli soft drink.

"Tadi ngajakin nyari. Nyatanya ninggal." Ujar Vannesa sembari mengambil minuman yang disodorkan Nathan.

"Biarin deh. Takut lo kecapean. Entar malah modus minta gendong sama gue lagi." Ujar Nathan dengan candaan khasnya.

"Idih, pede gilak! Udah deh buruan masuk."

Mereka berdua masuk beriringan. Ruang bioskop sudah cukup ramai. Mungkin karena sebentar lagi film akan segera dimulai. Nathan sengaja memilih tempat di tengah agar bisa menikmati film dengan bebas.

Nathan menghempaskan pantatnya tepat di samping kursi Vannesa. Ia lantas berbisik, "Udah kayak pacaran beneran ya nggak, Kak?"

"Ish! Apaan sih." Ujar Vannesa dengan muka yang memerah. Merah lantaran marah atau lantaran gugup. Yang jelas wajahnya memerah.

Brondong Idaman [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang