33. Hari pertama LDR

1K 54 2
                                    

Pesawat baru saja selesai mendarat dengan aman. Kesibukan di London Heathrow Airport bisa terlihat jelas begitu Nathan mendaratkan kakinya di sini. Maklum saja, bandara ini merupakan bandara yang super sibuk, hampir semua penerbangan internasional Inggris melalui bandara ini.

Nathan sedikit kebingungkan ketika mencari orang yang akan menjemputnya. Meskipun ia sudah menoleh kesana dan kemari, ia belum melihat ada orang yang membawa tulisan namanya.

Nathan mengambil ponselnya kemudian mulai menghubungi seseorang. Ia agak kesusahan dengan koper yang ia bawa. Apalagi tempat ini bergitu ramai. Sesekali kopernya tersenggol oleh orang yang lewat.

"Halo, Bun?"

"Kamu udah sampai?" terdengar suara lembut wanita paruh baya.

"Yang jemput aku udah berangkat belum ya?"

"Aduh, supir kita yang jemput, mobilnya mogok di jalan."

"Ya, udah, Nathan cari taksi aja deh Bun. Bunda kirim alamat lengkap rumah aja ya."

Sepertinya Nathan sedang tak mujur. Apalagi malam-malam seperti ini ia harus mencari taksi sendiri. Okey, tak masalah. Nathan segera menarik kopernya keluar bandara. Ia harus segera pulang, ia ingin langsung tidur. Badannya rasanya remuk redam.

Brak.

Nathan tak sengaja menabrak seorang wanita. "I'm sorry..."

"Oh, dari Indonesia, ya?"

Nathan terperangah. Wanita ini ternyata bisa berbahasa indonesia juga. Pantas saja jika dilihat-lihat wajahnya mempunyai tipe orang asia. "Oh, dari Indonesia juga, ya? Gimana bisa tau?"

Wanita itu menunjuk sebuah stiker kecil merah putih yang terpasang di koper Nathan. Ah, pantas saja wanita itu langsung tahu. Nathan kira wanita ini punya kemampuan khusus, ternyata hanya sebuah kebetulan.

"Em, sorry, mau tanya." Nathan sedikit kikuk sebenarnya.

Wanita itu mengangguk ramah, jika dilihat wajahnya cantik juga ketika tersenyum, "Boleh kok, nanya aja."

"Tinggal di sini udah lama?" tanya Nathan.

Wanita di hadapannya itu sedikit bingung, namun langsung menjawab, "Lumayan lama. Gimana?"

Nathan menyodorkan ponselnya, "Boleh minta tolong kalo mau ke alamat ini pake transportasi apa ya?"

Wanita itu menerima ponsel Nathan, membaca alamat yang terlihat di layar ponsel itu. "Oh ke alamat ini. Kamu baru di sini ya?" tanya wanita itu.

Nathan mengangguk sembari menggaruk tengkuknya karena canggung, "Iya, gue baru sampe kesini."

"Ya, udah, aku bantu cari taksi. Ikutin langkah aku aja ya."

Nathan sedikit melongo ketika wanita itu sudah melangkah terlebih dahulu. Lebih-lebih, ponsel Nathan masih di wanita itu. Kan ia jadi sedikit panik.

"Eh, tungguin gue."

¤¤¤

"Hoam?!"

Nathan merenggangkan badannya yang kaku semua. Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Pria itu membuka tirai jendelanya lebar-lebar. Salju turun sedikit demi sedikit. Udara pun terasa masih dingin meskipun pemanas ruangan dalam keadaan menyala.

Nathan harus segera menyesuaikan dirinya dengan lingkungan ini. Apalagi perbedaan cuaca masih terasa jelas di tubuhnya.

Nathan melihat sekelilingnya yang begitu berantakan. Barangnya pun masih banyak yang harus ditata ulang. Semalam Nathan langsung terkapar di atas kasur empuk setelah tiba di rumah. Dalam satu semester ia bisa pindah rumah dua kali. Wah, ini rekor baru.

Brondong Idaman [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang