Syarat macem apa itu? Bukan bikin kesel si, tapi bikin deg-deg an.
***
Jasmine pov
Badmood, itu yang gua rasakan saat ini.
Dasar, Virzha gatau apa orang lagi pms tetep aja di gangguin.
Setelah gua meninggalkan dua orang pengaggu itu, gua berjalan ke arah balkon dan melihat anak-anak yang sedang olahraga.
Oh, Keenan lagi olahraga, pantes.
"Jasmine." Panggil seseorang. Gua menoleh dan terlihat Keenan yang menatap gue dengan datar.
"kenapa, kok keluar?" tanya Keenan matanya masih fokus ke arah gua, gua langsung gak fokus dan natap dia. Emang bener, ternyata dia ganteng. Gua buru-buru sadar.
"Gapapa, males aja." jawab gua sambil menetralkan jantung yang ngga karuan. Keenan merapihkan rambutnya menggunakan jari - jari tangannya, gua melirik ke arah dia. Ternyata malah makin ganteng nih orang. Emang bener dah.
Keenan merogoh saku celananya, "Nih." Keenan menyodorkan handphone gua, kok bisa dia ngambilnya? Gua langsung aja ingin ngambil, tetapi ditarik lagi handphone itu.
Keenan terkekeh. Membuat siapa saja yang melihat ingin memilikinya.
Ini cowo kenapa si ya? Mau bikin jantung gue copot?
"Eits, ada syarat nya." Keenan menyengir seperti kuda, lensung pipinya terlihat begitu sempurna. Gua mendengus nafas kasar, lalu memutar bola mata malas.
"Apa?" Tanya gua, yang refleks tangan gua udah silang di depan dada. Layaknya seorang yang menunggu jawaban.
Keenan seperti memikirkan sesuatu. Lalu Keenan terkekeh dan tersenyum, "Cium gua, pipi aja gapapa." Gua memasang wajah kaget dan refleks langsung mencubit perutnya. Kesal.
"Gila dasar, udah ih cepet sini." Cibir gua lalu langsung merebut handphone yang ada di tangan Keenan, tetap saja gak dapet, membuat gue menjijit karena tubunya yang terlalu tinggi.
"iya-iya, bercanda elah."
"ngeselin lu."
Keenan tertawa, tapi handphone gua belum balik. Jadi, pasti masih ada syarat lagi. Huh, dasar Keenan!
"Yaudah, syaratnya besok dan seterusnya lu harus pulang bareng gua." Ucap Keenan dengan alisnya yang turun naik ke atas dan ke bawah. Gua mendelik.
Tanpa babibu, Yang penting hp gue balik. Gua iyakan saja syaratnya itu, nanti gua akan menghidar jika pulang sekolah. Lewat jalan pintas.
"Yaudah iya, serah lo." ucap gua ketus.
"Serius ya?" Tanya Keenan meyakinkan, gua menghembuskan nafas lalu mengangguk.
Emang orang aneh.
"Okay, senyum dulu dong."
Keenan tertawa lalu dengan paksa gua tersenyum, padahal lagi kesel banget. Keenan tertawa, lalu, mencubit pipi gua pelan. Deg.
Ish, emang kampret nih orang.
"Sama nanti jangan lupa." Ucap Keenan lagi, dia terus tersenyum. Yang membuat jantung gua debar-debar dari tadi. Sialan.
"Iya mas-mas JnE." Gua ikut tersenyum, "Yaudah sini handphone gua." gua meminta dengan senyuman agar Keenan memberikannya.
Belum sempat handphone gua di balikin, dia udah kabur duluan. Mau ngejar, tapi rame banget, karena udah bel istirahat, huh, ngeselin. Gak lama terlihat Keenan melambai-lambaikan tangan di ujung sana. Lalu Keenan tertawa dan pergi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
NYAMAN [Proses Revisi]
Teen FictionHai readers! Aku mau kasih tau kalau "Nyaman" lagi direvisi dulu huhuhu. Karena, ceritanya yang kurang tepat waktu itu ((kayaknya aku masih gajelas, sekarang juga)). Jadi, aku mohon kalau kalian bacanya agak gak nyambung atau kok aneh sih? Lah? Gitu...