Buat gak peduli sama lu itu susah mine. Susah banget.
×××
Bubur itu sudah dingin, tidak jauh berbeda dengan teh hangat yang sudah tak hangat. Keenan diam, lalu menatap Jasmine yang sedari tadi hanya membelakangi nya.
"Mine, makan dulu."
Jasmine masih terdiam, Keenan sudah membujuk, mungkin, ini sudah 20x berkata seperti itu.
"Mine."
"Jasmine."
"Jasmine Ameera Agusta."
Jasmine membalikan badannya, bangun dari tidurnya, Keenan yang melihat itu, langsung membantu Jasmine duduk, tapi, berhasil Jasmine cegah.
Jasmine menatap lurus kedepan.
"Lu boleh benci gue, pukul gue boleh, gampar gue juga gapapa, lakuin sekuka hati lu."
"Tapi, gue minta lo makan dulu."
Keenan menatap Jasmine, Jasmine melirik ke arahnya, lalu, "Keluar Ken."
Keenan mengernyit heran, "Aku mau kamu keluar sekarang."
Keenan masih diam. Jasmine sudah menangis, matanya tetap menatap lurus kedepan, tanpa berkedip sedikit pun.
Keenan yang melihat itu langsung memeluk Jamsine, walaupun Jasmine memberontak, tapi, Keenan masih kekeuh.
Keenan tahu, jika, Jasmine membutuhkan itu sekarang. Persetan dengan lingkungan sekolah. Jasmine yang tadinya memberontak, sekarang ia sudah diam, memukul dada bidang Keenan pelan, menumpahkan seluruh rasa kesalnya.
Keenan mengelus pelan rambut Jasmine, "Pukul aku enggak papa, pukul aku mine."
Jasmine terdiam, Keenan mengeratkan pelukannya. "Maafin gue ya Mine."
"gue sayang sama lo."
"Kalo gue gak sayang sama lo, gue bakal biarin aja lo sendirian disini. Gue gak bakal ninggalin anak anak kelas 10. Persetan dengan jabatan gue."
"Gapapa, lo gak maafin gue. Kesalahan gue terlalu banyak. Gue tahu." Keenan masih memeluk Jasmine, tanganya masih mengelus rambut Jasmine pelan.
Jasmine melepas pelukannya, menunduk. Keenan menatap Jasmine lalu, meraih dagu Jasmine untuk menatap matanya.
"Kalau ada apa-apa cerita, kita bukan musuh, kita pernah bahagia bareng. Bikin kenangan bareng, yang sampe sekarang masih belum.bisa gue lupain."
"Terlalu indah buat di lupain, Jas."
Jasmine menatap Keenan lekat, tersenyum kecil, lalu, kembali memeluk tubuh itu. Dan, Keenan menerima pelukan itu.
"Sekarang lo makan dulu."
"Okey?"
Jasmine mengangguk, lalu Keenan menyuapi Jasmine.
Jam pulang sekolah tiba, kegiatan OSIS sudah selesai, Keenan izin untuk mengatar Jasmine pulang. Dan, pak Fahri mengizinkan. Keenan mengendarai mobil Jasmine. Jasmine, yang berada di samping Keenan hanya diam, sambil menatap ke arah jendela.
Kepalanya masih terasa pusing, Keenan melirik sekilas.
"Ken."
Ucap Jasmine tiba-tiba, bahkan Keenan sampai kaget lalu, tersenyum. Akhirnya, Jasmine ngomong juga.
"Kita bisa ketemuan nanti?" tanya Jasmine, pandangannya masih menatap Jendela, Keenan mengangguk. "Bisa, dimana?"
"Di tempat yang banyak kenangannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
NYAMAN [Proses Revisi]
Fiksi RemajaHai readers! Aku mau kasih tau kalau "Nyaman" lagi direvisi dulu huhuhu. Karena, ceritanya yang kurang tepat waktu itu ((kayaknya aku masih gajelas, sekarang juga)). Jadi, aku mohon kalau kalian bacanya agak gak nyambung atau kok aneh sih? Lah? Gitu...