-Empat Puluh

307 8 0
                                    

Hari ini hujan, aku kira kamu bakal peluk aku kayak dulu, tapi enggak. Kamu malah tidur nyenyak.

***

"Keenan ketabrakan, dan sekarang lagi di RS."

"Dia masuk IGD. Gue harap dia baik-baik aja."

"Karena tadi, gue masih liat dia senyum."

Deg

Virzha langsung mematikan telpon itu. Telpon dari Karrel. Virzha langsung mebangunkan Daffa yang berada di sebelahnya,

"Daff woy, bangun njir."

Daffa menggeliat, "Keenan ketabrakan!"

Daffa yang mendengar itu langsung bangun, dan wajahnya yang tiba-tiba kaget, "Serius lu?"

"Barusan Karrel telpon gue. Keenan lagi di IGD."

Daffa langsung menunduk, mengusap wajahnya kasar.

"Oke, besok kita harus balik cepet. Dan, lo jangan bocor ke siapa-siapa dulu Vir." Ucap Daffa, Virzha mrngangguk, dan mereka memutuskan menunggu kabar dari Temanya.

Karena dengan kejadian ini, mereka tidak bisa tidur dengan tenang.

——

Gue terlalu lemah untuk semuanya,

Mungkin tuhan marah sama gue,

Jadi, gue kayak gini.

Keenan tersenyum, ia sedang duduk sendirian di bangku bewarna putih, dan sedikit demi sedikit cahaya putih mendekat ke arah nya.

Gue lemah, lemah dan lemah.

Bodoh!

Keenan menangis, baru kali ini ia menangis tersedu.

Sendirian, sepi tidak ada yang menenangkannya.

Ia menoleh, cahaya itu sudah berada di depannya.

Ia bangun dari duduknya, berjalan menghampiri cahaya itu.

Jika, ini yang terbaik, gue akan kesana.

Satu langkah lagi,

Dan,

Tiittttttttttttttttt

Suara mesin detak jantung itu,

Kintan, Mamah Keenan yang meyadari itu langsung memanggil dokter,

"DOKTERR!!"

Dokter datang dengan tergesa-gesa. Bersama dnegan dua orang perawatnya.

"Sebaiknya, ibu tunggu di luar. Saya akan beritahu nanti."

"Selamatkan anak saya dok."

"Kami akan berusaha bu, ibu banyak berdoa. Karena semuanya berada di tangan tuhan, bukan saya."

Kintan menangis tersedu, Kindy yang berada di sampingnya bantu menenangkan. Kindy juga sama seperti Kintan, dia sangat syok mendegar Keenan yang kecelakaan. Ia tidak siap untuk kehilangan Abangnya yang sangat ia sayangi itu.

Abang kuat bang.

Drap drap.

Suara langkah kaki seorang yang masih mengenakan seragam kerjanya, warna baju dan topi yang bertengger di atas kepalanya itu menjadi ciri khas nya yang seorang pilot.

Ayah Keenan datang tergesa-gesa dengan wajah panik dan tanganya yang masih menenteng tas kerja nya.

"Mamah." Panggil Candra, yang melihat Kintan dan Kindy sedang duduk di depan ruang rawat Keenan.

NYAMAN [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang