Extra Part.

462 8 0
                                    

Keenan Pov.

Sebulan. Gue masih bertahan dengan sifat dingin gue. Lemah? Enggak, gue cuman menikmati rasanya. Dan, rasanya dingin. Temen-temen gue juga udah mulai terbiasa dengan sifat gue. Alya? Mungkin makin kesel sama gue, tapi, dia tetep kekeuh buat jadi calon tunangan gue.

Hari-hari yang gue lewati, bisa di bilang biasa aja. Dengerin lagu di perpustakaan, dengan tangan yang gue jadiin bantal, dan mata yang tertutup. Bahkan, sering di bangunin petugas karena udah jadwal pulang.

Gue masih menjabat jadi, ketua osis. Tanpa sekertaris, karena setiap gue di tanya untuk nyari sekertaris baru, gue cuman diem dan langsung kabur.

Hari ini, selesai latihan basket kayak biasa. Gue cuman ngeliatin anak anak latihan, dan kadang gue asik sendiri. Karena, temen-temen gue bisa ngelatih juga.

Gue menepi, dan menenguk sebotol air putih dingin. Lalu, melirik ke arah temen-temen gue yang masih ngelatih para juniornya.

Dan, gue lihat semua udah bubar. Para juniornya, senyum ke arah gue dan gue juga cuman nagngguk aja.

"Balik." Ucap gue ke arah Virzha dan lainya. Virzha yang sedang minum mengangguk, "Hati-hati bro."

Gue mendekat lalu melakukan salaman. Dan tersenyum tipis.

Gue memasang earphone di telinga, gue sengaja tidak mengenakan jaket karena keringatnya yang masih bercucuran. Gue mengendarai motor, gue punya alasan untuk bersikap seperti ini bahkan ke orang yang deket dengan dia sekalipun.

Kadang, gue suka rindu dengan pelukan hangat seorang yang berada di atas motor gue.

Gue tiba di rumah, membuka pintu dengan pelan. Dan, menaik ke tangga dengan irama yang pelan. Karena, gue pasti akan di semprot oleh bokap.

"Dari mana aja kamu?" Tanya Bokap tiba-tiba. Kopi, yang ia pegang ia letakan di atas meja. Matanya masih tertuju ke arah gue. Gue diam, lalu menoleh ke arah nya.

"Dari luar."

"Jam berapa ini?"

Gue melirik jam tangan, dan tersenyum tipis, "Satu."

Bokap menggeleng, "Jangan bilang kamu balapan lagi Ken, gak suka Ayah." Gue yang melihat itu hanya tersenyum tipis lalu mengangguk pelan.

"Yah, tidur ya."

Bokap menoleh, lalu, mengangguk parau. Mungkin, gue selalu melawan kata-kata bokap sebulan ini. Karena, cuman dari balapan gue bisa ketawa.

Ya, selesai basket tadi, gue gak langsung balik ke rumah. Gue mampir dulu ke tempat Darren, kebetulan Darren lagi sakit. Dan, gue juga mandi disana. Karena, emang malam minggu jadwal gue buat balapan motor.

Gue tau gue berantakan sekarang.

Tapi, jujur gue gak pernah ke club malem.

Dan, menggunakan obat-obatan berbahaya.

Gue masuk ke kamar, mengganti pakaian, dan duduk di tepi kasur. Melirik bingkai foto, yang terpampang wajah cantik yang sering gue rinduin.

Gue tersenyum, hanya karena memandang wajahnya itu, walau hanya sebuah foto.

Kotak hijau tosca.

Deg.

Gue mencoba mengingat, Jasmine pernah memberikan gue kotak hijau tosca dengan gambar setengah hati. Malam itu, malam dimana Jasmine ngasih ke gue, dan paginya Jasmine pergi. Gue lupa untuk membuka kotak itu. Dan, dimana kotak itu sekarang?

Pukul 2.30 pagi.

Gue masih berkutik mencari kotak itu. Barang-barang berantakan dimana-mana.

Gue mengambil ponsel dan mengetik nama seseorang disana.

NYAMAN [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang