Aqza POVMalam ini saya sedang berjaga di pos, karena menggantikan Hendri yang mendapat giliran piket. Saya menggantikan piket Hendri karena adek perempuannya yang sedang sakit, bahkan adeknya itu sampai ngigo menyebut namanya itu, saking rindu dengan abangnya. Rindunya sampai sakit gitu, lagi pula Hendri sudah tak bertemu 1 tahun lebih, jadi pantaslah. Dan, sudah menjadi resikonya menjadi seorang tentara, harus siap jauh dari orang-orang tersayang, sekalipun itu orang tua kita.
Dan, untungnya lagi saya tugas piketnya barsama dengan Samuel, sahabat yang selalu mendengarkan curhatan panjang saya. Sekarang saya, Samuel, dan beberapa rekan saya sudah ada di pos penjagaan.
"Za, tadi lu ke sekolahnya Dinda sama Kak Bagas ya?" Tanya Samuel yang tiba-tiba sudah duduk di samping saya.
"Iya, tadi gue ke sana sama Bang Bagas." Jawabku sekenanya saja.
"Gimana, tadi lu ketemu sama dianya gak?" Tanyanya mulai serius. Dan, pertanyaan ini bisa dibilang sebagai pertanyaan awal sebelum masuknya ke dalam sesi curhat.
"Iya, gue ketemu sama Dinda. Dan, bodohnya gue gue hampir aja keceplosan saat bicara sama dia, dan bego banget gue!!" Sesal ucapku kesal, karena keceplosan. saat bicara dengan Dinda, si ģadis ABG Labil, tapi manis.
"Emang lu ngomong apaan sama Dinda? Dan, maksudnya keceplosan apaan?" Kayanya sih si Samuel masih belum mengerti apa yang saya bicarakan barusan.
"Jadi gini, Sam...."
Flashback on....
"Saya ke sini sama motor kesayangan, hehehe...." ya, motor ninja berwarna hitam-hijaunya itu. Kurang lebih hampir samalah dengan warna baju loreng kebanggannya itu.
"Du du du....motor kesayangan, segitunya amat sih." Canda Dinda pada saya.
"Ya dong, motor aja di sayang, apalagi kamu, hehehe...." oh my Lord!! Demi apapun kenapa nih mulut bisa keceplosan sih?
"Ngomong apa barusan Kak?" Tanya Dinda pada saya agar ssya bisa mengulang apa yang saya ucapkan 5 detik yang lalu.
"Eh, anu, bukan kok. Tadi saya bilang motor kesayangan, hehehe...."
"Masa sih? Kayaknya bukan itu aja deh."
"Salah dengar kali kamu, Din. Hehehe....udahlah ngapain sih di pikirin, pusing-pusing amat kayanya, azz...." semoga aja dah dia gak mikirin omongan saya.
"Oh iya, Kak Bagas mana Kak? Biasanya kan kalau ada Kak Aqza, pasti ada Kak Bagas juga, hehehe..." merasa sadar, bahwa Kak Bagas tidak kelihatan.
"Tuh di sana! Lagi ngobrol sama Pak Andi. Lagi juga udah selesai rapatnya, ya saya keluar aja dah."
"Biarkan kedua Bapak-bapak itu berbincang ria di sana, hehehe...." canda saya sambil melihat Pak Andi dan Kak Bagas itu yang saling berbicara serius.
"Nah betul, biarkan mereka berada di dimensi orang tua, dan kita berada di dimensi orang muda, hahaha...." ucap saya dengan PD.
"Emang situ masih mudah? Hah?" Mendengar pertanyaan Dinda barusan, membuat saya berhenti ketawa tiba-tiba.
"Masihlah!! Umur saya masih 22 tahun, gak jauh bedalah sama kamu!!" Jawab ketus saya menyahuti gadis manis ini.
"Iya-iya, jangan galak-galak dong, hehehe...." katanya mencoba untuk melerai emosi saya.
"Ini udah santai kok Dinda Prasetya Larassati." Astaga, hafal banget ya namaku? Sampai disebutin lengkap gitu.
"Aduh, segitunya amat sih. Sampai nama saya hafal banget, hahaha.... Letnan Dua Aqza Satria Putra." Dinda pun menjawab dan menyebut namanya lengkap saya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story In Paskibra With Army
Romance😊😘 Mungkin kita tidak tahu kapan, di mana, dan dengan siapa Tuhan akan mengirimkan sesuatu yang indah bagi kita. Ya, inilah yang dialami oleh seorang gadis SMA. Ia tak menyangka bahwa ia akan dipertemukan dengan seorang pria yang adalah jodohnya...