#57 A Miracle

5.3K 266 113
                                    

Suasana sepi, tapi nyaman. Itulah yang Dinda rasakan. Semua putih sekali, udara yang segar, pemandangan yang indah, air sungai yang mengalir indah. Suasana putih semua bagaikan Dinda berada di atas awan. Ia tahu, sekarang berada di alam yang belum pernah ia datangi sama sekali.

Dinda berjalan terus menyisiri tempat yang putih dan indah ini. Semakin dalam dirinya berjalan, terdengar suara anak-anak kecil bernyanyi ria dan merdu.

Ya, semakin ke dalam, suara merdu itu terdengar. Dan, Dinda melihat anak-anak kecil berpakaian putih sama dengan dirinya, dan anak kecil itu juga memakai sayap yang ada di bahu kanan dan kirinya itu. Lucu sekali Dinda melihat anak-anak kecil itu. Malaikat kecil yang cantik dan lucu.

"Kak Dinda!" Dinda yang merasa terpanggil itu, ia pun mencari asal suara itu dan mendekatinya.

Betapa terkejutnya Dinda ketika melihat siapa yang memanggilnya. Gadis kecil berpakaian putih nan cantik, dan sayap yang menempel di bahunya itu. Cantik dan menggemaskan sekali gadis kecil itu, lebih tepatnya malaikat kecil itu.

"Rania!!" Jawab Dinda sangat antusias dan bahagia sekali. Ya, Rania adalah adek perempuannya yang sudah meninggal, meninggal saat umur 8 tahun karena sebuah tragedi kecelakaan.

Betapa bahagianya sekarang Dinda bisa bertemu dengan adeknya itu. Ia langsung berlari mengampiri malaikat kecil pakaian putih itu sambil tersenyum dan bahagia tak terhingga.

"Rania!! Kamu apa kabar? Kakak kangen banget sama kamu, Dek!" Dinda langsung memeluk hangat adeknya itu, malaikat kecilnya. Betapa rindu dirinya dengan adeknya, Rania.

Hanya bertemu di dalam mimpi, dan sekarang bisa bertemu secara langsung dan berpelukkan, bertemu di dunia yang tak Dinda tahu, dunia yang putih dan bersih. Dunia di mana yang amat damai dan tentram, malaikat-malaikat kecil bernyanyi riang, seperti adeknya itu.

"Rania juga kangen sama Kakak!!" Jawab sangat gembira Rania dan membalas pelukkan Kakaknya.

"Dek, Kakak mau sama kamu terus." Pinta Dinda sambil melepaskan pelukkannya itu dan menatap mata indah milik Adeknya dan menggengam erat tangan kanan milik Rania.

"Belum, Kak. Ya, belum waktunya, Kak. Ini bukan duniamu, Kak. Masih banyak yang membutuhkan Kakak di dunia." Jawab Rania sambil tersenyum. Dia bercakap dengan Kakaknya yang sudah lama tak bertemu, bahkan hanya bertemu di dalam mimpi, dan di dunia berbeda.

"Gak ada, Dek. Semua yang Kakak mau sudah tak ada lagi. Abang Aqza sekarang sudah menjadi milik orang lain, dan bukan milik Kakak lagi, Dek." Cerita yang apa Dinda rasakan di dunia itu pada Adeknya.

"Gak, Kak. Percayalah, semua akan indah pada waktunya. Dan, Bang Aqza akan memilih Kakak. Kembali sana, Kak. Ini belum tempat milikmu, dan belum waktunya, Kak." Ucap Rania sambil melepaskan tangannya yang saling menggengam itu, dan perlahan berjalan mulai berjalan meninggalkannya sambil tersenyum dan melambaikan tangannya.

"Dek, Rania! Rania, tungguin Kakak!" Teriak Dinda sambil memanggil nama Adeknya itu.

Sedangkan Rania yang dipanggil itu hanya tersenyum sangat manis dan melambaikan tangannya itu.

"Raniaaaaaa........"

"Dinda.... Dinda.... bangun, Nak." Suara Ibu Detta sambil mendekati gadis yang menolongnya itu.

"Dinda, bangun ini Mama, Din." Begitupula Ibu Dian, ia bahagia sekali melihat anaknya telah siuman setelah tak sadarkan diri selama 3 hari.

Benturan yang lumayan kencang di kepalanya itu membuat dirinya tak sadarkan dirinya. Untung saja hal itu tidak membuat gadis yang terbaring lemah itu lupa ingatan.

Love Story In Paskibra With ArmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang