#50 A Painful Statement

3.2K 204 15
                                    


Author POV

"Mama kenapa sih? Kok kayanya tadi Ayah lihat, Mama jutek dan ketus sekali sama Dinda?" Tanya Pak Hendra penasaran dengan tingkah laku istrinya itu yang terlihat aneh.

Ya, mereka berdua sedang berada di ruang keluarga, hanya ada mereka berdua saja. Aqza, ia sedang berada di kamar kesayangannya itu saat ia masih menjadi warga sipil dulu. Dyo, ia sedang asik di kamar sembari bermain Mobile Legend mainan online yang sedang hits sekarang ini. Sedangkan Dinda, ia sedang di kamar, karena ia baru saja mandi.

"Mama gak suka sama pacarnya Abang, Yah!" Sahut Bu Detta sangat ketus sekali.

"Memangnya kenapa sih gak suka sama pacarnya Abang, Ma?" Bertanya terus kepada istrinya. Tak seperti biasanya istrinya ini begitu.

"Pokoknya Mama gak suka sama Dia, Yah!" Entah apa yang terjadi dengan Ibu Detta ini, batu sekali.

"Iya Ayah tahu Mama gak suka sama Dinda. Tapi dengan alasan apa Mama gak suka sama Dinda? Justru Ayah setuju sekali Abang dengan Dinda. Gadis itu udah baik, manis, cantik, pandai masak, rajin beres-beres rumah, seperti yang dia lakuin tadi di sini. Apalagi dia juga taat beribadah kok, anaknya juga pintar." Ujar Pak Hendra menjelaskan kepada istrinya itu. Bapak Hendra sangat berbeda pendapat sekali dengan Ibu Detta.

Sedangkan Ibu Detta, ia agak sedikit sewot ketika suaminya ini lebih berpihak kepada gadis itu untuk menjadi menantunya, dibanding sependapat dengan dirinya.

Aqza yang sedang berjalan menuju arah dapur untuk mengambil segelas air putih, tak sengaja melihat Ayah dan Mamanya itu sedang berdebat. Ia pun tak tahu apa yang diperdebatkan oleh kedua orang tuanya.

"AYah, Mama, ada apa sih?" Tanya Aqza yang dibuat penasaran. Pada akhirnya ia menghampiri kedua orang tuanya itu di ruang tamu itu.

"Gapapa, Bang!" Jawab Bu Detta cepat dan sedikit berbohong dengan anak tertuanya itu.

"Ah, kaya ada yang ditutup-tutupin nih. Ada apa sih, Yah?" Tak mau kepo sendiri, ia pun beralih ke Ayahnya itu.

"Itu lho, Za, Mama kamu itu sikapnya kurang menyenangkan terhadap kekasihmu, Za. Entah Ayah juga aneh dengan Mamamu, Za." Ujar Pak Hendra tak habis pikir dengan tingkah istrinya.

"Maksudnya kek gimana sih, Yah?" Aqza masih bingung dan tak mengerti maksud pembicaraan kedua orang tuanya itu.

"Mamamu gak suka kalau kamu pacaran dengan Dinda, Za." Entah, seketika muka Aqza berubah tak bisa dijelaskan. Sakit? Tentu saja. Apalagi diperkenalkan bahkan ingin dijodohkan dengan gadis yang ia pun tak tahu asal usulnya itu.

"Atas dasar apa Mama gak suka sama Dinda, Ma?" Tanya Aqza, tetapi masih dengan nada yang sedikit pelan. Takut jika ada yang mendengar pembicaraan mereka bertiga.

"Mama gak suka sama Dinda, Za. Apa kamu gak bisa mencari pasangan yang lebih baik? Hah?" Yang ditanya itu malah berbalik bertanya, dengan nada cukup keras itu. Dan, pastinya dengan yang sudah emosi.

"Apa maksud Mama pasangan yang lebih baik? Dinda itu baik, Ma. Dia juga sopan sama keluarga kita, dia anaknya juga rajin, Mama bisa lihat sendirikan tadi? Dia juga tulus sayang dan cinta sama Abang, Ma!" Debat Aqza yang tak suka dengan pendapat Mamanya itu.

Lagi pula kenapa Mama bisa berbicara seperti itu? Pasangan yang lebih baik? Maksudnya Dinda gak baik? Gitu? Ada apa dengan Mamanya ini? Pikiran Aqza sudah kalut dan tak habis pikir dengan Mamanya.

"Kamu mau malu-maluin nama keluarga kita, Bang? Kamu itu seorang perwira, Bang, kamu bisa mencari wanita yang lebih dari Dinda, kekasihmu itu. Kamu juga sudah mapan, Mama yakin kamu pasti akan mendapatkan pendamping hidup yang setara. Bukan anak SMA yang kamu pacari dan kamu jadikan kekasih itu! Apa yang kamu harapkan dari dia, anak SMA? Anak baru selesai ujian, cap tiga jari aja belum apalagi mendapatkan ijazah. Carilah yang setara dengan kita, Bang. Kita gak tahu asal usul keluarga dia." Keluarlah unek-unek Mamanya itu yang sudah ia pendam berhari-hari saat anak laki-laki dan kekasihnya itu tinggal di sini.

Love Story In Paskibra With ArmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang