Dari hari ke hari, perut milik Dinda semakin membesar, dan diperkirakan sebentar lagi si debaynya akan keluar dari perut sang ibu.
Ya, sekarang adalah jadwalnya untuk Dinda pergi ke bidan untuk mengetahui perkembangan si debay yang ada di dalam perutnya itu. Tak hanya sendiri memeriksa kehamilan, akan tetapi Dinda ditemani oleh sang suami tercintanya, Aqza. Memang ini adalah hari minggu, begitupun suaminya hari ini libur. Jadi, bisa menemani sang istri mengecek kandungannya.
"Dek, mau berangkat sekarang?" tanya Aqza yang sedang duduk santai dengan pakaian rumahnya itu.
"Bentar, Mas, aku cuci piring dulu, nangung nih cuma 3 piring doang." sahut Dinda dari dapur rumah bernuansa hijau.
"Ya udah, Mas tunggu di luar ya, Dek. Sekalian mau siram tanaman dulu ya, Dek." kata Aqza sembari berjalan ke arah luar untuk menyiram tanaman di teras rumah dinas ini.
"Iya, Mas!" balas Dinda yang masih asik membilas piring-piring itu yang masih bersabun.
"Izin, Bang, rajin amat sore-sore udah siram-siram, hehehe....." kata Pratu Febri yang sedang asik berlari santai dan memakai pakaian kaos untuk joggingnya yang sudah basah karena keringatnya itu.
"Eh, kau ternyata, Feb. Iya nih, tadi pagi kan ke gereja, gak sempat buat nyiram tanaman, jadi nih sore-sore," jelas Aqza sambil masih memegang selang air itu. "sendiri aja nih joggingnya, Feb?" tanya Aqza lanjut.
"Siap, sendiri aja, Bang. Sekalian nyari angin sore, Bang." jawab Febri sambil tersenyum.
"Oh iya, Feb. Saya mau tanya nih." tiba-tiba Aqza langsung meletakkan selang air itu rapih kembali dan menatap anggota sekaligus adek ketemu besarnya.
"Izin petunjuk, Bang?" tanya Febri balik dan mukanya itu menjadi lebih serius. "gak usah kaku gitulah bahasanya, Feb. Santai ajalah, di luar dinas ini, kok." pinta Aqza agar tak terlalu kaku.
"Hehehe.... iya, Bang." jawab Febri cengegesan sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Gimana pacaran sama Nisa, Feb" tanya Aqza mengenai mantan tunangan hasil perjodohannya Mamanya itu.
Febri pun tersenyum senang sekali entah ada apa dengan dirinya, "hehehe..... syukur, Bang, gak gimana-gimana sih. Rasanya seperti orang pacaran pada umumnya, Bang. Ada senangnya dan ada sedihnya, karena pacaran gak selamanya mulus kaya jalan tol." jelas Febri sambil tersenyum, dan Aqza mengangguk pasti.
"Kalau sekarang Nisa orangnya gimana, Feb? Apa masih seperti yang dulu? Saya harap kamu gak merasakan apa yang saya rasa dulu." panjat Aqza pada Adek ketemu besarnya itu.
"Sekarang dia jauh berbeda 100% dari yang sebelumnya, Bang. Nisa jauh lebih dewasa dari sebelumnya. Ya, Abang tahu sendirilah Nisa itu waktu jadi tunangannya Abang dulu itu seperti apa. Boros, keras kepala, kemauannya harus diikuti, dan masih banyaklah itu. Tapi, sekarang beda banget, Bang, Nisa tuh sekarang udah bisa membedakan mana yang lebih utama dan hanya untuk kepentingan dagingnya aja. Pokoknya jauh lebih baiklah, Bang." cerita Febri pada Aqza dengan antusias, Aqza yang mendengarnya pun tersenyum senang sekali.
"Gila, keren lah adek gue ini, udah bisa merubah Nisa menjadi lebih baik lagi, hahaha....." sahut Aqza sambil menepuk pundak milik Febri tersebut.
"Wah, gak lah, Bang. Semua itu memang Tuhan yang membuat Nisa bisa berubah menjadi lebih baik seperti sekarang." sungkan Febri dibuatnya.
"Iya, tapi karena kamu, dia sadar kalau cinta itu bukan dilihat dari materi, tapi sebuah ketulusan. Nah, sekarang dia menemukan orang yang pas, ya yaitu lu, Feb." balas Aqza dengan bangga pada Febri.
"Iya sih, Bang. Gue juga merasa kalau Nisa itu tulus banget cinta sama gue, Bang. Cara dari dia bersikap pun tulus." haduh, Febri memang sedang dimabok cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story In Paskibra With Army
Romance😊😘 Mungkin kita tidak tahu kapan, di mana, dan dengan siapa Tuhan akan mengirimkan sesuatu yang indah bagi kita. Ya, inilah yang dialami oleh seorang gadis SMA. Ia tak menyangka bahwa ia akan dipertemukan dengan seorang pria yang adalah jodohnya...