#33 Me, You, and Your Past

4.9K 228 12
                                    


Dinda POV

Mungkinkah dia lebih baik dari masa laluku dulu?

Apakah dia pengganti masa laluku yang dulu telah hilang?

Semua pertanyaan itu terus melintas di kepalaku ini. Terkenang lagi semua masa lalu yang indah dulu, dan sekarang menjadi masa lalu yang sedih, menyakitkan, dan kelam.

"Kakak bukan seorang tentara yang pandai merangkai kata untuk mengungkapkan apa yang Kakak rasakan saat ini. Kakak benar-benar menyukai bahkan mencintaimu, bukan hanya dengan sebuah kata-kata. Tapi, akan Kakak buktikan ketika Upacara Pedang Pora ditakdirkan dan dilaksanakan untuk kita berdua nanti."

"Will you be my girl friends? Dan, maukah kamu menjadi Ibu Persitku, yang siap mendampingi dan siap melepasku saat Negara memanggilku nanti?"

Pertanyaan dan pernyataan itu masih sangat jelas dan masih tergiang di pendengaranku ini. Jujur, saat Kak Aqza menyatakan perasaannya itu kepadaku, aku gugup dan tak percaya, sungguh.

Ternyata cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Dia pun merasakan apa yang rasakan saat itu, sampai pada akhirnya dia berani menyatakan. Tapi, ya ada kata tapinya.

Tapi, aku belum berani menjawab apa yang kurasakan saat ini. Oh God, help me now. Help me please to finding the best answer.

Waktu menunjukkan pukul 21.30 WIB, tapi mata ini belum bisa untuk diajak tidur. Karena masih ada sesuatu yang mengganjal di hati ini.

Cklekk...

Suara knop pintu kamarku itu, terlihat di balik pintu kamarku yang terbuka itu menampakkan wanita cantik di sana. Ya, dialah Mamaku.

"Kok belum tidur, Din?" Tanya Mamaku sembari menaruh pantatnya pelan di kasurku.

"Belum, Ma. Kok Mama belum tidur?" Tanyaku balik padanya.

"Belum ngantuk. Tumben banget kamu belum tidur jam segini? Biasanya juga udah ke mana-mana tuh kaki kalau tidur." Ledeknya padaku.

"Mata belum bisa diajak kompromi nih, hahaha....." candaku pada Mama. Ya, beginilah kami berdua.

'Apa gue cerita sama Mama aka ya? Kalau tadi Kak Aqza nembak gue?'

"Hei! Ngapain kamu ngelamun? Hah?" Kaget Mamaku dengan melambaikan tangannya itu tepat di depan muka ini.

"Gapapa kok, Ma. Ma, Dinda mau cerita nih. Boleh gak?" Aku pun memberanikan untuk bercerita, bahkan untuk curhat masalah oleh anak gadisnya ini.

"Duh, mau cerita apa sih anak Mama yang satu ini? Sini cerita sama Mama." Aku pun beralih tempat ke atas kasur, duduk bersampingan dengan Mama.

"Ma, tadi Dinda ditembak sama Kak Aqza!" Ucapku to the point. Saatku menjelaskan, Mama menatapku penuh tanya. Dengan tatapan yang serius.

"Apa??! Kamu ditembak??! Terus, mana yang sakit? Mana yang luka, Din? Hah??" Nah loh kan, ini si Mama salah pemahaman nih, azz...

"Ih, si Mama mah. Maksudku bukan ditembak dalam artian pakai pistol, senapan, atau apalah itu, azzz...."

"Lah terus kaya gimana? Yang jelas dikit napa kalau ngomong, Din!" Gerutu Mamaku itu.

"Maksud Dinda, Kak Aqza tadi menyatakan perasaannya ke Dinda, Mama." Kataku memperjelas apa yang tadi aku katakan, supaya Mama mengerti dan tak salah tanggap.

"Artinya Kak Aqza suka sama kamu dong, Din?" Aku pun mengangguk pertanda mengiyakan.

"Cie....cie....sekarang anak Mama udah dewasa ya. Udah punya pacar aja nih." Ledek Mamaku sambil senyum-senyum.

Love Story In Paskibra With ArmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang