Dinda POVPagi yang cerah, ditemani dengan indahnya sang surya yang amat terang di pagi ini. Seakan pagi hari ini, alam tahu kalau aku sedang bahagia. Sudah dari tadi subuh aku menyiapkan diri dan mental. Sebenarnya sudah sejak beberapa hari yang lalu sih.
Di sini, di depan kaca kamar milikku, aku mematut diriku yang amat berbeda. Dan, tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Rambut yang dicepol menggunakan hair net, sepatu hitam sedikit berhak, dan memakai baju hijau pupus. Tepatnya baju seragam Persit tanpa lencana ini.
Ya, hari ini aku dan Abang Aqza akan pengajuan di satuan tempat Abang dinas. Duh, dag dig dug tak jelas hatiku ini. Bukan karena baper atau senang, tapi dag dig dug karena takut dan grogi. Mana harus bertemu dengan Danyon, Wadanyon, ketua Persit, dan yang lainnya itu.
Tapi, ini tinggal beberapa langkah lagi. Tepatnya hanya tinggal menghadap Danyon, Wadanyon, Ketua Persit di batalyon Yonkav 9 Cobra, tempat Abang Aqza berdinas.
Mengingat 2 minggu yang lalu, ya sangat menyenangkan sih. Banyak test-test yang harus aku lalui sebelumnya agar bisa mendapatkan SIN atau Surat Izin Nikah.
Pemeriksaan Litsus (Penelitian Khusus)? Sudah.
Rikes (Pemeriksaan Kesehatan)? Sudah.
Bintal (pembinaan Mental)? Sudah.
Menghadapan semua pejabat batalyon? Sudah.
Semua itu sudah aku lalui. Tapi, hanya tinggal beberapa lagi yang musti aku lakukan dengan Abang Aqza. Ya, menghadap ke pejabat kesatuan tempat Abang.
Huffttt.... menjadi seorang istri prajurit itu ternyata punya perjuangan tersendiri ya. Test sana, test sini, lapor sana, lapor sini. Pokoknya ribetlah. Tapi, kalau kita menjalaninya dengan senang hati, pasti semua akan terasa ringan.
Hal dan test yang tak akan aku lupakan adalah, saat Penelitian Khusus atau Litsus. Kalian tahu kenapa?
Karena saat Litsus itu, aku disuruh mengisi form, ya hampir mirip kaya ngerjain kurikulum sekolah, azzz.... form ini lebih detail lagi. Dan yang bikin ngakaknya sih, ada ratusan form yang harus aku isi itu. Saat itu Abang Aqza yang menemaniku.
Abang Aqza yang melihat aku pun merasa kasihan. Sampai-sampai dibilang membisikkan sesuatu tepat di telingaku ini.
"Nanti selesai ngerjain litsus nya, Abang pijitin tangan kamu ya." itu katanya padaku. Saat itu aku hanya tertawa saja dalam hati.
Di dalam form itu juga terdapat 10 soal essay yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan pastinya tentang dunia calon suami, militer. Saat selesai mengisi form itu, aku sempat diwawancarai. Dan, dipercaya bahwa aku layak jadi seorang istri tentara. Dan pada akhirnya, perjuangan isi ratusan form itu berbuah hasil manis, aku pun mendapatkan surat layak nikah calon istri.
Waduh, pokoknya suasana dan moment itu adalah moment yang tak akan aku lupakan seumur hidup. Abang banyak cerita padaku, ya bercerita tentang kawan-kawannya itu yang melakukan pengajuan. Banyak calon istrinya itu menyerah, ya menyerah karena tak sanggup dengan ketatnya nikah kantor atau nikah militer. Mereka merasa terbebani dengan hal itu. Dan, aku bersyukur sekali tidak masuk dalam wanita-wanita yang tak kuat dan menyerah itu.
Apakah ada yang mengalami hal yang sama denganku? Ribetnya test dan banyak hal yang harus dilakukan sebelum menikah dengan prajurit?
Ah, kayanya sih sama ya. Ternyata menjadi seorang wanita dan istri dari seorang prajurit itu susah dan sulit sekali. Tapi, kalau kita melakukannya dengan iklhas, tulus, dan senang hati, pasti semua akan lancar, kok. So, dibawa happy aja ya para calon persit! Kalian bisa kok!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story In Paskibra With Army
Romance😊😘 Mungkin kita tidak tahu kapan, di mana, dan dengan siapa Tuhan akan mengirimkan sesuatu yang indah bagi kita. Ya, inilah yang dialami oleh seorang gadis SMA. Ia tak menyangka bahwa ia akan dipertemukan dengan seorang pria yang adalah jodohnya...