Author POV
Saat mereka berdua memasuki ruang kelas 1, dilihatnya sudah ada Letda Aqza yang sedang duduk santai dibangku khusus guru yang disediakan dikelas tersebut. Mereka berdua pun menghampiri Letda Aqza, lalu memberi hormat. Yang diberi hormat pun membalasnya dengan muka datar dan dingin. Sedatar macam tripleks dan sedingin macam es.
"Misi kak, maaf sebelumnya ada apa ya menyuruh kita berdua ke sini?" Tanya Viani, membuka percakapan diantara mereka bertiga, yang tadi hanya keheningan yang menemani mereka.
"Saya akan memberikan kalian berdua hukuman." Ucap Letda Aqza santai kepada lawan bicara didepannya.
"APAAA HUKUMAN?!!" Tanya Dinda kaget, membuat Viani dan Letda Aqza saling menatap bingung.
"Selow dikit kali Din, gak usah teriak-teriak napa. Maaf sebelumnya kak, kenapa kita dihukum ya? Emang kita salah apa?" Viani mencoba menenangkan Dinda yang terbelak kaget. Lalu, ia bertanya sopan kepada Pak loreng didepannya ini.
"Karena kalian membuat semua orang panik dengan teriakan kalian itu." Jelasnya sambil menatap Viani dan Dinda secara bergantian
"Iya kak, saya sebelumnya minta maaf karena membuat kakak dan yang lainnya panik. Saya juga terima kalau kita hukum." Jawab pasrah Viani, tapi tidak dengan Dinda mukanya sudah merah karena menahan amarahnya.
"Ya gak bisa gitu donk pak, eh.. kak. Kan kita berdua gak sengaja juga teriaknya. Kita berdua teriak gara-gara kaget pas ngaca ditoilet, karena melihat muka kita item gini." Celetuk Dinda emosi, karena tak terima diberi hukuman walaupun nada bicaranya agak naik. Seketika ia menutup mulut dengan tangannya.
'Ya Tuhan, kok bisa keceplosan gini sih?!!' Gerutunya kesal dalam hati.
"Dinda!!" Panggil Viani sambil menyenggol bahunya, kebahu teman disampingnya ini.
"Pertama, jangan panggil saya Bapak, karena umur masih 22 tahun dan saya ini masih muda. Kedua, tadi kamu bilang apa Dinda? Kamu teriak ditoilet cuma gara-gara kaget karena lihat dikaca muka kalian berubah jadi hitam?" Selidik Letda Aqza, sambil berjalan kearah Dinda
"Iy...iya bener kak." Jawab Dinda gugup, karena malu ia menundukan kepalanya menatap kosong lantai dibawahnya.
"HAHAHAHAHAHA...." Tawa keras Letda Aqza terdengar diruangan tersebut.
Aqza POV
"Ya gak bisa gitu donk pak, eh.. kak. Kan kita berdua gak sengaja juga teriaknya. Kita berdua teriak gara-gara kaget pas ngaca ditoilet, karena melihat muka kita item gini." Celetuk Dinda emosi, tiba-tiba ia menutup mulut dengan tangannya.
'Berarti mereka teriak bukan karena melihat kecoa terbang? Melainkan kaget lihat muka mereka berubah item.' Gumamku dalam hati
"Pertama, jangan panggil saya Bapak, karena umur masih 22 tahun dan saya ini masih muda. Kedua, tadi kamu bilang apa Dinda? Kamu teriak ditoilet cuma gara-gara kaget karena lihat dikaca muka kalian berubah jadi hitam?" Tanyaku sambil berjalan kearah Dinda melihat matanya, mencari kejujuran disana.
"Iy...iya bener kak." Yapsss, benar dugaanku mereka membohongiku. Tapi, aneh dan lucu juga sih teriak cuma gara-gara kaget pas ngaca melihat muka berubah jadi hitam. Memang bukannya begitu resiko jadi anak Paskibra, ya harus rela panas-panasan. Kocak juga sih kalau dipikir-pikir.
"HAHAHAHAHAHA...." Seketika pecah tawaku, sontak membuat Viani dan Dinda menatap tajam kearahku.
"Kenapa ketawa kak? Hah?" Tanya Dinsa sinis padaku.
"Gapapa, lucu juga ya kalau dibayangin. Kakak berikan kalian berdua hukuman."
"Yaudah, to the point ajalah. Gak usah berbelit-belit kaya gini" gerutu Dinda pelan, tapi masih bisa terdengar tajam oleh pendengaranku.
"Ngomong apa kamu tadi Dinda?!!"
"Hehehe...gak kok, gapapa kak." Jawabnya sambil cengegesan
"HAHAHAHAHA....eh maaf-maaf gak sengaja." Tiba-tiba saja Viani tertawa ngakak, saya pun menatap marah Viani.
"Viani, sebagai hukumannya sit up 20 kali! Dinda kamu bantu menghitung." Saya memberi hukuman Viani terlebih dulu, dan menyuruh Dinda untuk menghitungnya. Yang disuruh menghitung pun hanya mengangguk saja.
"Satu..dua..tiga.." suaranya mulai menghitung, hingga hitungan terakhir sudah selesai
"Kak, hukumannya sudah saya jalankan." Jelas Viani setelah selesai menjalankan hukumannya.
"Ok Viani, kamu boleh keluar. Dan, untuk kamu Dinda, tetap disini karena belum saya berikan hukuman."
"Hmmm..." lucu juga nih anak, tadi aja marah-marah. Giliran sekarang pas dihukum aja diam kek batu.
"Siap kak. Dadahhhh Dinda...." pamit Viani sambil melambaikan tangannya kepada temannya itu.
Author POV
Diruangan ini hanya menyisakan 2 insan manusia tersebut yang sedari tadi hanya keheningan yang menemani mereka. Ya, siapa lagi kalau bukan Letda Aqza dan Dinda. Entahlah apa yang terlintas dipikiran mereka berdua hingga menciptakan keheningan.
Tik...tok...tik...tok...
Terlihat jelas benda bulat ukuran sedang, jarum pendeknya berada diangka 11 dan jarum panjangnya berada tepat diangka 3, yang menandakan sudah pukul 11.15 siang. Berarti, hanya tersisa 15 menit lagi Dinda bisa menikmati waktu istirahatnya walaupun terbilang singkat. Sontak membuat gadis berhidung mancung, kulit yang hitam manis, dan tinggi itu jera berada ditengah keheningan yang melanda mereka.
"Kak, apa hukumannya?" Tanyanya membuka percakapan diantara keheningan. Seketika yang ditanya pun sadar dan menatap dingin.
"Sit up 30 kali!!" Jelas Letda Aqza, membuat yang diberikan hukuman memelototkan matanya tajam.
"APAA??" Kok jadi 30 kali sih kak? Tadi Viani cuma 20 kali, gak bisa gitu donk kak, gak adil ini namanya!!" Celetuknya emosi menahan amarah yang tertahan sejak tadi.
"Ini adil kok." Sahutnya santai, sambil meletakkan tangannya yang terlipat didepan dada bidangnya yang masih terbalut dengan seragam corak-corak hijau khas TNI.
"Adil darimananya coba? 30 banding 20 loh kak. Jelas bedalah." Masih dengan nada yang emosi
"Saya lebihin karena daritadi kamu protes mulu, hahaha. Yaudah kalau gitu saya kasih 2 pilihan. Sit up 30 kali atau....." jelasnya setengah-setengah membuat gadis ini penasaran dibuatnya.
"Atau apa? Udah deh to the point ajalah kak!!" Sahutnya males, karena tak betah berada dikelas ini, katanya panas. Padahal AC diruangan ini menyala. Entahlah mungkin karena dia terbawa amarahnya gara-gara tentara didepannya ini.
Letda Aqza pun hanya tersenyum melihat murid didepannya ini, sudah tak bisa diajak bicara santai, karena amarahnya sudah meledak-ledak.
To be continue......
Dinda : woi Thor, kok malah bersambung sih ceritanya??
Author : emang kenapa?
Dinda : Gua kagak betah nih deket-deket ama nih tentara didepan gua ini
Author : lah, lu juga sih yg aneh, teriak² dikamar mandi. Kalo mau teriak mah dihutan sono
Dinda :woi cepetan napa Thor Kasih tau hukuman buat gua apa nih?
Author : tunggu part selanjutnya ya? 😂
Dinda : settdah, cepetan dah kalo gitu. Dah emosi gua ama nih tentara didepan gua 😫😠
Author : sip deh👍
Hallo Readers tercinta😘😚....
Hukuman untuk Dinda yang pantes apa ya kira-kira??😂
Tunggu terus kelanjutannya ya guysss....Maaf jika typo masih bertebaran dimana-mana.
Jika ada yang ingin memberi saran dan kritik, dengan senang hati saya menerimanya😁😊
Don't forget vote and comment guysss😘😁.....#HAPPY READING GUYSSS....
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story In Paskibra With Army
Roman d'amour😊😘 Mungkin kita tidak tahu kapan, di mana, dan dengan siapa Tuhan akan mengirimkan sesuatu yang indah bagi kita. Ya, inilah yang dialami oleh seorang gadis SMA. Ia tak menyangka bahwa ia akan dipertemukan dengan seorang pria yang adalah jodohnya...