Dinda POV
Kring....... Kring....... Kring......
"Yessss!!!!" teriak kami serempak. Betapa bahagianya kami kelas MIPA ini mendengar suara bel tersebut. Karena hanya bel itulah yang kami tunggu-tunggu, bel pulang sekolah.
"Silakan bereskan barang-barang kalian, abis itu baru kita doa pulang!" ucap Pak Selo, Guru mata pelajaran kimia itu mempersilahkan kami untuk bersiap-siap untuk pulang. Setelah berdoa selesai, ketua kelas memberi salam untuk mengakhiri pertemuan kita kali ini.
"Hati-hati di jalan, pulang sekolah langsung pulang, jangan ada yang kemana-mana!!" wejangannya kepada kami semua, karena semua Guru pasti sudah tahu, mungkin beberapa diantara kami sepulang sekolah, pasti ada yang nongkrong-nongkrong dulu. Maklumlah namanya juga anak remaja. Jiwa mudanya masih berkobar.
"Tapi, khusus yang ikut Paskibra, tidak diperbolehkan untuk pulang!!" lanjutnya. Oh, nasib anak Paskibra kaya gini banget ya....
Tok.... Tok.... Tok....
"Permisi!!" mendengar suara itu berpasang-pasang mata di kelas ini menatap lekat pintu itu. Setelah pintu itu terbuka terlihat ada Bu Lina, Tata Usaha di sekolah kami.
"Ada apa Bu?" tanya Pak Selo mewakili kami semua yang sempat ingin bertanya.
"Mau kasih tahu aja Pak. Sepulang sekolah nanti Dinda disuruh ketemu dengan Bu Nata di ruang OSIS. Terima Kasih Pak." jelas Bu lina. What? Ruang OSIS? Ngapain lagi sih? Kapan gue mau makan siang kalau kaya gini? Azzzz...
"Iya sama-sama Bu." sahut Pak Selo ramah.
"Dengarkan Dinda?" lanjutnya memastikan bertanya padaku.
"Hmm.. Denger kok Pak." dengusku pelan tak rela.
"Sabar ya, hahaha..... " katanya nya menenangkan. Akupun hanya mengangguk tak rela dan ikhlas, menyedihkan. Dengan langkah malas, akupun berjalan dimana Bu Nata itu berada. Dan tibalah di depan ruang OSIS ini.
"Misi Bu? " izinku saat membuka pintu ruangan itu.
"Masuk Nak!" terdengar Bu Nata mempersilahkan masuk.
"Ada apa ya Bu panggil saya?" to the point ku padanya.
"Bentar lagi kan, acara 17-an...." jelasnya berhenti ada jeda sebentar. Membuatku penasaran dibuatnya.
'Perasaan gue kok gak enak ya?' gumamku dalam hati.
"Jadi, Ibu minta tolong beli bahan-bahan buat lomba nanti." nah kan, bener feeling gue. Ujung-ujungnya nyuruh-nyuruh, azzz....
Caranya minta tolong si Ibu Pembina OSIS ini sangat halus, halus banget. Sehalus muka gue, hahaha....
"Emang bahan-bahan apa aja yang mau di beli buat lomba nanti Bu?" tanyaku sok ramah. Tapi, beda dengan hati ini yang amat males buat di suruh-suruh kek gini. Tapi apa boleh buat kalau udah di suruh sama nih Pembina OSIS?? Hanya pasrah aja jawabannya.
"Balon, paku, kelereng, karung, kerupuk, sama tali rafia. Emm... Apalagi ya?" whatttt??? Buanyakkk bener... Namanya juga lomba sih, hahaha.....
"Udah Bu?" tanyaku males.
"Kayanya sih itu dulu aja, nanti kalau kurang tinggal beli lagi aja. Oh iya, ini uangnya." Ucapnya sembari memberikan uang berwarna biru bernilai Rp.50.000 itu sebanyak 4 lembar. Akupun hanya menatap uang itu.
"Lah? Ini buat apa uangnya Bu?"
"Ya buat kamu beli bahan-bahan tadi buat lomba. Emangnya kamu mau belinya pakai apa? Pakai daun? Hah?" Buset-buset, sabar napa Bu ngomongnya, panas nih telinga dengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story In Paskibra With Army
Romance😊😘 Mungkin kita tidak tahu kapan, di mana, dan dengan siapa Tuhan akan mengirimkan sesuatu yang indah bagi kita. Ya, inilah yang dialami oleh seorang gadis SMA. Ia tak menyangka bahwa ia akan dipertemukan dengan seorang pria yang adalah jodohnya...