Ardan duduk didepan televisi, dia memangku berbagai macam buku. Dari matematika, sejarah, fisika, kimia, dan berbagai macam pelajaran. Semua hal dia pelajari, bahkan buku-buku di luar itu pun dia baca.
Bukan karena dia kutu buku atau apa. Semua itu dia lakukan untuk sesuatu, suatu hal yang dia harus capai. Mungkin sampai dia telah menggapainya atau lelah mencapainya. Putus asa? Tidak ada dalam kamusnya kata menyedihkan itu! Setiap pulang sekolah dia ikut les privat di sebuah bimbingan belajar cukup terkenal.
Lelah? Bukan hanya fisik saja namun batinnya lelah. Setiap hari orangtuanya akan menanyakan bagaimana progress kemampuannya kepada para pembimbing. Jika menurun dia akan dimarahi habis-habisan, lain halya saat dia meningkat justru didiamkan.
Ardan bukan orang yang suka mencari perhatian ataupun kepopuleran. Satu keinginannya selama ini...
"Lo, nggak les?" Tanya Erga tiba-tiba duduk didekatnya.
"Hmm? Oh, diganti besok." Ardan mengganti buku bacaannya. Kali ini dia memilih bahasa inggris.
"Tapi, lusa bisakan?" Tanya Erga lagi.
"Insyaallah, gue nggak janji." Ardan memusatkan matanya kepada tulisan-tulisan asing.
"Yee, lo mah gitu!" Erga berdiri dan pergi dari sana.
Erga menghela napasnya kasar, sulit sekali membuat Ardan mau akan ajakannya. Sudah beribu kali dia mencoba dan beribu kali pula kakaknya itu tak menepati janjinya. Memang Ardan tidak janji ikut namun Erga hanya ingin kakaknya datang melihat. Itu saja!
Ardan memandang adiknya nanar, ingin rasanya mengiyakan. Dia memiliki alasan kuat untuk tak datang. Les! Tentu saja, ibunya tak akan membiarkan dirinya bolos walau satu haripun. Karena itu dia hanya ingin... BEBAS!
👟👟👟
"Hoam..." Kina menguap beberapa kali. Matanya sudah tidak tahan untuk menutup.
"Yee..., gue relain lho kesini ngajarin lo gitar! Malah tidur." Dimas kesal sendiri dengan perbuatan Kina.
Setelah diantar, Kina merengek diajari gitar olehnya. Sudah pasti Dimas mengiyakan, jika tidak. Sudah dipastikan pula dirinya tidak akan hidup untuk besok. Kina sudah menyiapkan bogem spesial untuknya.
"Gue ngantuk, kayaknya efek gue minum obat dari simbah. Pahit lagi... Pengen muntah gue!" Kina memegang perutnya.
Baru saja neneknya membuat suatu ramuan turun-temurun dengan rasa teramat pahit. Dia sudah menolak halus, sehalus-halusnya. Tetap saja neneknya anti penolakan, sayangnya Popong ikut kubu neneknya. Sudah dipastikan Kina minum dengan cara kekerasan dalam kesepupuan. Jika bukan karena masalah Erga cs, Kina pasti tidak akan meminum ramuan aneh dengan warna seperti kubangan.
"Ck ck, makanya jangan telat makan. Lo nya sih!" Dimas geleng-geleng.
"Ihh, gue terus yang salah. Ini juga gara-gara bocah sialan itu!" Ucap Kina sembari menepuk jidatnya.
Keceplosan! Satu fakta yang dia dapat dari Popong. Bahwa sekolahnya adalah musuh sekolah Dimas. Yang lebih parahnya Erga cs adalah anak kompleks yang sering tading dengan anak-anak kampung daerahnya. Satu kebetulan yang luar biasa sengsara.
"Bocah siapa?" Selidik Dimas.
"Hmm... I-itu... Itu... Hmn..." Gagap Kina.
"Siapa? Jawab Kin!" Bentak Dimas.
Deg...
Dimas baru saja membentak dirinya. Salah siapa sekarang? Kina meremas ujung kaosnya gelisah, fakta baru lagi. Dimas adalah tipikal orang yang cepat terpancing emosi. Dia mudah tersinggung dan sensitif, bagusnya Kina berhasil melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE & PLANET ( END )
Teen FictionApa jadinya dua planet saling bertabrakan? Satu kata yang pasti... Hancur... Apa jadinya Kina harus pindah sekolah dan bertemu orang-orang di masa lalunya? Jangan ditanya akan jadi apa dirinya menghadapi segala kemungkinan di depan. Dari kawan lama...