27. Pilih

649 77 0
                                    

'Andai', bisahkah kata itu terwujud. Kata yang ingin Kina realisasikan, yang ingin Kina buat menjadi kenyataan. Bolehkah dia berandai-andai, bolehkah gadis cengeng sok kuat boleh melakukan itu.

Bisakah dirinya berandai-andai, andai saja dirinya tak datang dan pindah. Pasti semuanya baik-baik saja. Dia masih bisa tertawa bersama teman-temannya di SMA nya dulu. Bermain, tertawa bersama, ke kantin ramai-ramai, sampai berburu baju diskon.

Kina tertawa mengingat perbuatan lucunya dulu. Sayangnya semuanya berubah begitu saja, tak ada lagi kata 'teman'!. Bukan teman di kampungnya, dia ingin teman disekolahnya! Berbincang-bincang, gosip bersama, rasanya Kina ingin itu. Awalnya dia bodo amat, tapi semakin lama dia iri kebersamaan teman perempuan yang lain.

'Andai', kata mustahil untuk dipilihnya.

"Kina lo dipanggil!" Popong menguncang tubuh Kina agar gadis itu sadar.

"Eh, ahh... Ya, pak!" Kina berdiri dengan semangat 45 nya.

"Kamu, dribling, lay-up, terus shooting. Bapak mau nilai kamu!" Ujar Pak Botak.

"Siap!" Kina mengambil jarak beberapa meter.

Satu... Dua... Tiga... Tangannya gesit mendribel bola seakan bolanya sudah menjadi satu dengan tanganya. Kina memegang bola dan melangkah dua langkah. Kakinya melompat sekuat tenaga dan...

"KINA!!!"

👟👟👟

"Hot news!" Teriak seorang cewek berambut warna-warni berkoar-koar ke teman-temannya.

"Apaan?" Tanya yang lain.

"Big news, lo tahu anak kelas 11 yang nantangin gue! Dia pingsan di lapangan. Terus kepalanya sih kayak keluar darahnya gitu! Coba lo lihat! Gue mau ketawa!" Si cewek itu tertawa terbahak-bahak.

"Kasian amat! Sok sih jadi adik kelas!" Temannya satu tertawa.

"Gila, parah banget lihatnya. Kasian sih, tapi lucu tau nggak!" Si cewek cekikikan ditemani teman lainnya.

"BERISIK!!!"

Alevo bangun dan mengebrak meja kesal. Kaki melangkah keluar, dia tak peduli makian para teman cewek sekelasnya. Tubuhnya dan pikirannya terfokus ke satu orang. Dia khawatir mendengar orang itu pingsan. Siapa lagi? Tentu saja Kina yang menganggu pikirannya selama ini.

👟👟👟

Gelap?

Mata seorang gadis terbuka pelan, matanya mengerjap lelah. Matanya mencari orang, ditemukannya sesosok pemuda. Pemuda itu duduk dipinggir ranjang dan tertunduk menutup wajahnya. Pemuda itu sangat kacau dengan rambut acak-acakan, baju tak beraturan. Kina menunjuk pipi pemuda itu dan menekannya gemas.

"Lucu!" Kina terkekeh melihat Ardan sangat khawatir.

"Lo? Mana yang sakit? Kepala? Kaki? Tangan?" Ardan memeriksa setiap inci tubuh Kina.

"Cuma dahi gue aja yang perih! Lop? Haus!" Kina menyentuh lehernya.

"Oh ya! Gue lupa!" Ardan menepuk dahinya dan mengambil segelas teh hangat. Tangannya memajukan gelasnya ke mulut Kina. Dengan hati-hati Ardan membantu Kina meminum tehnya.

"Udah, makasih." Kina tersenyum.

"Lo belum sarapan ya?" Tanya Ardan mengintrogasi.

"Hehe... Lupa!"

LOVE & PLANET ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang