"Sorry, gue telat!" Ucap Kina datang dengan sepedanya. Dia memakai kaos polos dengan celana selutut.
Di sekolahnya memang diwajibkan memakai hijab. Tapi, jika diluar itu bukan lagi kewenangan sekolah. Kina juga belum siap memakai hijab sepenuhnya. Dia akan memakai jika hatinya siap dan ketika hidayah datang kepadanya. Tapi, bukan sekarang.
"Lo, mah! Lha, Popong mana?" Tanya Dimas celingukan mencari tubuh gempal Popong.
"Katanya ada tugas dia, biasa anak pinter. Kerjaannya kan nontoni buku." Kina memakirkan sepedanya dipinggir jalan.
"Oh, ayo! Gue kenalin sama anak sini!" Dimas menarik Kina menuju tempat berkumpulnya anak kampung.
Gadis itu tampak pasrah ditarik, tak ada daya maupun kekuatan untuk memberontak. Kina menyapu segala penjuru lapangan, banyak muda-mudi berkumpul. Entah menonton, mencari kuliner, atau nge-date bersama pasangan. Matanya tertuju pada pedagang cimol dipinggir jalan.
"Eh? Kin, nih gue kenalin sama anak sini!" Teriak Dimas pas dikuping Kina.
"Woy, jangan teriak gue nggak budeg!" Kina menjewer telinga Dimas ganas.
Khayalannya baru sampai saat dia memakan cimol dengan aneka rasa. Hah, pupus sudah harapannya untuk menikmati cimol dalam khayalannya. Benar dalam khayalan! Kina mendengus kesal dan melihat seorang gadis cantik berambut sebahu. Gadis itu tinggi tapi tak setinggi Kina. Perawakannya sedikit mungil dan pipinya meningatkannya pada Popong. Dan Kina langsung ingin menjadikannya teman perempuan pertamanya.
"Hai! Gue Kina Putri Aldiya, panggil gue Kina. Nama lo siapa?" Kina dengan sok akrabnya.
"Eh... Hai! Gue Hana." Hana tersenyum manis pada Kina. Menampilkan lesung pipi yang begitu dalam melengkapi wajahnya yang bulat.
"Lo cantik banget, dah. Jadi gemes, mau nggak jadi sahabat gue? Mau ya! Mau ya!" Kina menampilkan wajah imutnya.
Sudah pasti tak ada yang menolak. Apabila Kina sudah memasang wajah polos dan berbinarnya. Tak akan ada yang bisa menolak untuk gemas dan mencubit pipinya. Hana terkekeh dan mengangguk setuju untuk menjadi sahabat Kina.
"Han, jangan mau! Dia aneh!" Ucap Yosi tiba-tiba datang.
"Apa lo! Dia mau, wlekk..." Kina menjulurkan lidahnya.
"Udah, jangan ribut! Kin, ini Tio, dia jadi pelatih tim kita." Ucap Dimas memperkenalkan.
Kina manggut-manggut sampai Dimas memperkenalkan dirinya kepada seluruh tim sepak bola tim kampung. Dia juga baru tahu ternyata Rio adalah kapten sekaligus kakak dari Hana. Otomatis Hana juga sekolah di sekolah yang sama dengan kakaknya. Hilang sudah angan-angan Kina punya teman perempuan di sekolah.
"Kita mau lawan sama anak kompleks kan?" Tanya Kina memastikan.
"Hmm, tahu nggak mereka itu ganteng sama keren. Uh, pokoknya Rio kalah. Mereka juga menang terus tanpa terkalahkan. Hebat nggak tuh!" Kata Hana memuji anak kompleks.
"Lo itu dukung siapa? Masa mereka nggak pernah kalah. Hebat juga." Jiwa Kina penuh rasa kampungis yang akan membela dan mendukung kampung tercintanya sekarang.
"Ya dukung keduanya dong, gue netral. Eh, itu mereka!" Hana menunjuk sekumpulan pemuda yang baru datang dengan motor mereka.
Mata Kina seratus persen membulat, anak-anak kompleks datang dengan begitu bersinar. Seragam mereka juga sama tak seperti anak kampung yang bajunya beragam sesuai tim eropa yang masing-masing dukung. Untuk saat ini Kina kagum dan memuji seberapa keren anak kompleks. Mereka berjalan dengan santai, Kina membayangkan setiap langkah mereka diiringi musik slow. Hah... Sempurna...
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE & PLANET ( END )
Teen FictionApa jadinya dua planet saling bertabrakan? Satu kata yang pasti... Hancur... Apa jadinya Kina harus pindah sekolah dan bertemu orang-orang di masa lalunya? Jangan ditanya akan jadi apa dirinya menghadapi segala kemungkinan di depan. Dari kawan lama...