"Kin!" Ardan berlari kecil mengejar Kina. Ditangannya sudah terdapat banyak obat.
"Hm, ada apa?" Kina berbalik dan tersenyum menonton Ardan menghampirinya.
"Ayo, ikut gue!" Ardan menarik tangan Kina cepat.
Mereka berdua berjalan ke bangku taman. Ardan baru tahu bahwa Kina terluka dari Erga. Bila saja Erga tidak koar-koar bilang Kina berkelahi dengan ayam Ardan tak akan tahu hal itu. Mereka duduk bersebelahan dibangku. Ardan membuka tutup salep dan menyuruh Kina mengulung lengan bajunya.
"Cuma merah dikit, lop. Yakin dah gue baik kok." Tolak Kina.
"Bisa parah kalo nggak segera diobati." Ardan tetap bersikukuh.
"Ta-"
"Dal!"
Kina mendengus kesal, dia hanya tergores sedikit berkat ayam kemarin yang tak sengaja lewat depannya dengan anak-anaknya. Dia hanya mau bermain bersama para bayi ayam tapi naas. Si ibu justru marah besar dan menyerang Kina tanpa belas kasian.
Ardan mengolesi tangan Kina yang merah-merah dengan salep. Dia rela izin ke UKS dan mengambil salep hanya untuk Kina. Dia takut gadis itu terluka parah dan harus dirawat jika tak ditangani sebaik mungkin. Itu hanyalah ke khawatiran berlebihannya.
"Gimana ujian lo?" Tanya Ardan.
"Baik kayaknya, lo gimana?" Kina balik tanya.
"Yah, gue cukup puas. Taruhan lo masih berlaku kan?" Ardan menghentikan aktivitasnya sejenak dan menatap bola mata Kina.
"Taruhan itu, gue rasa iya." Jawab Kina tersenyum seadanya.
"Kalau masih gue akan nari korea besok dilapangan tapi gue juga minta satu hal dari lo. Bisa?"
"Haha... Yakin? Hmm, bisa sih."
"Setiap hari boleh kalo gue anter jemput lo?"
👟👟👟
Dimas duduk diatas motornya sembari celingukan tak jelas mencari sosok cewek berkerudung yang baru keluar gerbang. Tangannya melambai ke cewek itu. Dimas menyerahkan helm satunya.
"Lo nggak tanding?" Tanya Kina.
"Besok. Mana Popong?" Dimas sedari tadi cuma melihat sosok Kina sendirian. Biasanya kedua orang itu selalu bersama bak orang kembar. Tetapi, sekarang tinggal Kina yang keluar gerbang sendiri.
"Dia ikutan klub apalah, gue nggak mudeng. Biasa anak pintar harus ikut begituan." Kina naik dan duduk di jok belakang.
"Lha lo nggak ikut?"
"Lo bercanda, ya. Mampus gue ikut materinya itu udah kayak di peguruan tinggi."
"Ck, makanya belajar!"
"Lo mirip deh sama Popong lama-lama. Makanya belajar! Lo paling disuruh juga males."
"Hehe... Tahu aja." Dimas cengegesan dan menghidupkan motornya.
Mereka melaju pelan melewati jalanan yang cukup ramai. Dimas sesekali melihat ke kaca spion untuk sekedar melihat wajah Kina yang mengamati jalanan. Perasaan hangat merayap ke hatinya cepat. Bukan pertama kalinya, melainkan tiap saat tiap detik bersamanya. Dia senang hari ini dia bisa mengantarkan Kina pulang.
Dimas menghentikan laju motornya ke dekat penjual cimol di pinggir jalan. Dia ingin membelikan makanan kesukaan temannya itu. Ketika Kina sadar ada penjual cimol di turun dan melompat senang. Dia sudah ngidam cimol lama dan baru sekarang dituruti.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE & PLANET ( END )
Teen FictionApa jadinya dua planet saling bertabrakan? Satu kata yang pasti... Hancur... Apa jadinya Kina harus pindah sekolah dan bertemu orang-orang di masa lalunya? Jangan ditanya akan jadi apa dirinya menghadapi segala kemungkinan di depan. Dari kawan lama...