"Ini tempat favorit gue setiap hari!" Kina memandang lurus rumah-rumah yang berjajar rapi dari atas rumah pohon.
Ardan menatap langit malam yang terlihat jelas dari atas pohon. Rumah kecil yang cukup menampung 5 orang, rumah itu dibuat kakek Kina waktu dia berumur 12 tahun tepat di depan rumah. Didalam berisi teleskop kecil, bantal, kasur, dan alat-alat penjelajah lainnya.
"Gue suka, disini adem." Ardan tersenyum.
"Heh, udah gue duga lo bakalan suka tempat ini! Lo tahu, ini hadiah ulang tahun gue dari simbah keren nggak tuh!" Kina menyombongkan dirinya.
"Songong lo!" Ardan terkekeh.
Kina tertawa kecil dan kembali diam. Dia mendongakan kepalanya dan melihat bintang-bintang yang berhamburan di langit malam. Indah! Bagaikan lukisan dunia yang memiliki harga malam. Dia menikmati pemandangan ini yang sangat sulit dilihat di kota besar dulu.
"7 tahun lalu, gue sempet ngalamin kecelakaan. Waktu itu, gue didiaknosis amesia. Gue lupa sama semua hal!" Ucap Ardan memulai membuka pembicaraan.
"Keluarga gue, temen gue, sekolah gue, bahkan diri gue... Gue bahkan kayak bayi yang tak tahu apa-apa! Jika lo tanya kemana gue 7 tahun ini, itu jawabannya. Gue lupa akan semuanya, Kin." Ardan ikut mendongakan kepalanya.
Pikirannya melayang kejadian 7 tahun lalu, saat dia mengalami kecelakaan hebat. Tak ada yang pernah tahu hal mengerikan itu selain keluarganya. Bahkan temannya tidak menegtahui hal itu. Bagai sebuah rahasia negara yang sangat dijaga dari publik. Masa itu dia sangat terpukul, amat sangat! Erga adiknya setiap hari menangis kakaknya tak ingat dirinya.
"Lo amesia?" Ucap Kina tak percaya.
"Iya, makanya saat lo kontak gue. Gue bilang gue nggak kenal lo! Itu bener... Gue nggak ingat pernah punya temen yang namanya Kina. Sebenarnya juga gue kesini juga perlu tanya-tanya. Gue hanya ingat nama simbah lo Mbah Djatmi." Ujar Ardan.
"Terus lo sekarang inget gue! Gue rada nggak percaya." Ucap Kina jujur.
"Heh? Gue tahu, 1 tahun gue belajar jadi manusia kembali. Maksudnya belajar makan, mtk, bahasa... 5 tahun gue ngejer pelajaran dan satu tahun belakangan ini ingatan gue berangsur-angsur ada. Lo tahu kan gue seharusnya kelas 3 sama kayak abang lo?"
"Iya."
"Gue ke tinggal satu tahun, jadi gue masuk sama Erga. Mau bukti lagi, gue punya bekas jahitan dikepala gue!" Ardan menunduk dan menyibak rambutnya.
Tangan Kina terulur dan memeriksa kepala Ardan. Sebuah garis melintang terpampang di belakang kepala Ardan yang sudah tertutup oleh rambut. Dia membayangkan seberapa mengerikannya luka ini dulu. Kina menelan ludahnya, semuanya nyata. Ardan mengalami kecelakaan dan amesia.
"Gue percaya sama lo! Tapi, lo udah inget semua?" Tanya Kina memastikan.
"Belum, ada beberapa hal yang gue lupa." Jawab Ardan.
"Yahh..." Kina tertunduk sedih.
Dia mengenal Ardan saat pertemuannya beberapa tahun lalu. Tak sengaja dia terjatuh dan bertemu mereka. Kina hanya mengenal Ardan saja sebab cowok itu yang pertama kali memberinya cimol. Pertemanan mereka berlanjut sampai umur 10 tahun. Setelah itu Ardan menghilang tertelan bumi. Tak ada kabar bahkan saat Kina menelpon rumahnya dan yang paling menyedihkan Ardan tak mengenal dirinya. Kecewa! Tentu saja, Ardan teman laki-laki pertamanya.
"Gue hanya lupa semua pelajaran. Kalo lo waktu jatuh dari sepeda gue inget. Terus lo nangis kejer minta gendong!" Ucap Ardan membuat gadis didekatnya membulatkan matanya.
"Lo inget! Wahhh..." Ingin Kina bertepuk tangan.
"Haha... Gue inget sampe detail. Tapi, gue payah dalam pelajaran! Itu kelemahan gue!" Kata Ardan lesu.
"Gue juga, gue pernah dapet 5!" Celetuk Kina.
"5? Gue pernah dapet 1 bahasa indonesia." Ardan tertunduk dan kembali menegakan kepalanya.
"1? Gile, parah banget kalo itu!" Kata Kina tak percaya.
"Hmm, makanya ortu gue ngedaftarin gue ke bimbingan. Tiap minggu gue ikut 5 kali, disekolah gue juga ikut les untuk anak kelas 3. Lo enak nggak sebodoh gue, gue itu terlalu bodoh. Heh..." Ardan tersenyum kecut.
Hidupnya seakan terkekang bagai burung. Dia lelah! Sudah beribu kali dia menyebut lelah tentang hidupnya. Ardan tak pernah membicarakan masalahnya kepada siapa pun. Dia menyimpan masalahnya sendiri! Bahkan Erga atau kelurganya tak tahu apa yang dia rasakan selama ini.
"Kalo lo bodoh, nggak mungkin lo bisa naik kelas. Nggak mungkin lo bisa bawa motor. Semua orang itu belajar, lo emang payah dalam pelajaran. Tapi, lo itu pinter mempraktikin apa yang lo lihat! Coba gue tanya! Gimana cara lo belajar motor?" Tanya Kina menatap Ardan.
"Gue otodidak, belajar dari mbah google. Kenapa emangnya?" Ardan mengkerutkan dahinya.
"Nah, itu. Lo itu langsung bisa sekali lihat. Contohnya lo bisa bawa motor otodidak. Itu nggak gampang, lho! Gue aja bisa nyepeda kalo udah 10 kali jatuh sama 99 kali dimarahi bang Dian. Sedangkan lo otodidak!" Kina menjelaskan.
"Gue nggak ngerti!" Ardan memasang wajah polosnya bak anak kecil.
"Lo emang payah kalo soal otak tapi lo itu hebat kalo soal fisik. Lo itu orang yang jago olahraga sama hal-hal berbau fisik!" Kata Kina menerangkan sekali lagi.
"Hah, itu juga percuma! Orangtua gue mandang gue dari nilai pelajaran wajib bukan sifatnya tambahan. Mereka nggak akan ngerti itu!" Ucap Ardan.
"Gue tahu, jadi menurut gue. Lo itu cuma belum tahu cara belajar efektif lo! Lo emang les sama bimbingan. Itu cuma masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Lo bukan tipe orang mudah diterangkan. Itu menurut gue!" Ucap Kina.
Ardan manggut-manggut paham maksud Kina beberapa menit lalu. Dia dan Erga berbeda, Erga jago pelajaran sedangkan dia jago olahraga. Tapi, tetap orang tuanya memandang dirinya kalah dengan adiknya itu. Ardan tahu posisinya sebagai anak pertama yang harus membanggakan kedua orangtuanya dan sebagai penerus usaha keluarga. Dia paham selama ini ayahnya mengajarinya bisnis. Dia paham akan semua itu, hanya otaknya yang tak mau mengerti.
"Nilai lo rata-rata berapa?" Tanya Kina.
"Lo jangan ketawa, ya. Kira-kira sih 4 5... Yah, segitu." Ujar Ardan malu.
"Gile, nilai gue aja bisa 7,5 pas KKM lho! Lo emang butuh guru hebat!" Ucap Kina.
"Hah, gue emang bodoh, kok!" Ujar Ardan pasrah.
"Haha... Maaf, gue nggak maksud. Gini aja, lo tiap hari dateng aja ke perpus waktu istirahat!" Perintah Kina.
"Buat apa?"
"Pokoknya lo kesana aja, bawa matematika lo sekalian!"
"Hah?"
"Gue yang akan jadi guru dadakan lo!!! Siap-siap aja belajar sama guru muda cantik."
👟👟👟
Maaf, kalau banyak typo sama ceritanya aneh🙏
Terimakasih sudah mau mampir, terus komen sama votenya😘
Salam ThunderCalp!🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE & PLANET ( END )
Teen FictionApa jadinya dua planet saling bertabrakan? Satu kata yang pasti... Hancur... Apa jadinya Kina harus pindah sekolah dan bertemu orang-orang di masa lalunya? Jangan ditanya akan jadi apa dirinya menghadapi segala kemungkinan di depan. Dari kawan lama...