"Kin!"
"Hmm?"
"Besok lo sibuk nggak?"
"Lumayan sih, kenapa?"
Dimas diam sejenak, mungkin bukan besok waktu yang tepat. Sudah lama dia tidak pergi berdua bersama Kina. Apalagi setiap hari Kina
"Nggak kok, cuma nanya. Siapa tahu kan lo cuma membusuk di rumah sama hp."
"Gue itu punya acara terus setiap hari, yah cuma kalau nggak mager."
"Ohh."
"Eh, Dim. Nanti mampir ke tukang cilok waktu itu ya. Pengen banget gue hari ini."
"Oke!"
Dimas berhenti ke abang penjual cilok biasa mereka beli. Yosi dan Rio ikut berhenti karena mereka juga lapar sepertinya.
"Kalian mau?" Tanya Kina sambil memesan.
"Mau lah, kita juga lapar!" Yosi turun dan mengamati sang penjual.
"Bang, beli lima ya. Rasa BBQ 4 yang satu keju."
"Ditunggu ya!"
"Eh, habis ini lo kemana?" Tanya Rio.
"Dirumah aja, kenapa kalian jadi kepo gini sih?"
"Kita khawatir sama lo!"
"Iya, lo tuh buat masalah terus jadi orang."
"Gue bisa jaga diri, kalau lo mau tahu!"
"Kita nggak mau aja lo kayak kemarin, kalau Abang lo tahu. Bukannya dia bakal sangat marah sama lo sama kita."
Kina diam, dia menghela napas lelah. Bukan dirinya yang ingin cari masalah. Tapi tiap dia pergi ke suatu tempat pasti masalah langsung ikut menemaninya.
"Gue nggak akan buat ulah lagi kok, tenang aja."
"Maaf ya, setidaknya sekarang kalau lo pergi lo harus sama siapa gitu. Kalau ada apa-apa lo nggak sendirian."
"Iya, nggak kok."
👟👟👟
Erga menatap layar handphonenya lelah, dia belum menerima informasi sedikitpun dari seseorang. Ardan hanya memperhatikan adiknya yang terus melihat kearah layar tanpa menyentuh makanannya sedikitpun.
"Makan! Jangan main hp terus!"
"Ck, iya."
"Besok kalian mau kemana?" Tanya Key asik menyantap junk food dihadapannya dengan nikmat.
"Gue ada acara besok!" Ardan menjawab cepat yang langsung dipelototi Erga.
"Nggak! Lo nggak boleh jalan besok!"
"Sama siapa? Lo udah punya pacar?"
"Cewek cacing itu ngoda nih orang!" Erga merasakan kepalanya dipukul keras oleh Ardan.
"Jaga omongannya, gue emang ada janjian karena dia gue bisa dapat nilai matematika kemarin."
"Hah? Tapi gue masih nggak habis pikir. Dia aja nilainya dibawah gue tapi bisa ajarin lo."
"Tetap aja, gue mau ikut besok."
"Ciee, Den Erga cemburu ya? Kasian nggak diajak, ikut Abang Key yuk beli es krim."
"Lo lama-lama mirip cewek itu, mau lo gue nggak bisa jalan?"
"Omongannya! Lagian cuma besok gue jalannya, kalau lo mau juga. Bisa hari-hari biasa, ajak dia keliling kota sama makan. Kina tuh anaknya suka lihat hal baru." Ardan berbicara dengan sangat santai tanpa tahu adiknya bersemu merah.
"Kalau nggak ajak nonton juga, atau ke cafe dia juga suka-suka aja. Nggak usah gengsi nanti diambil orang baru tahu lho!" Key juga ikut memberi saran.
"Tunggu, kalian nggak suruh gue kencan kan. Lo bang lo suka Kina kan, sama lo Key bukannya juga suka sama tuh cewek. Kenapa kalian kayak nyuruh gue deketin dia?"
"Well, emang sih dia temen masa kecil yang pengen banget gue temuin. Tapi dia itu sahabat gue, gue nggak bisa lebih dari itu. Lagipula tipe gue bukan Kina yang suka tampol sana-sini. Gue juga baru lihat lo lebih tertarik akhir-akhir ini dari pada balapan liar lo!"
"Abang juga Ga, rasa suka gue ke Kina karena dia adik gue. Gue udah dia anggap sebagai kakak selain Ardian karena nama kami sama. Lagipula Kina nggak begitu tertarik sama gue ini, dicoba aja dulu. Kalau lo bisa gue bakal dukung lo. Tapi kalau seandainya lo malah nyakitin dia, gue bakal maju pertama kali."
"Denger tuh, yang suka Kina banyak. Apalagi ada anak kampung tuh, dia primadona disana tahu."
"Gue juga dengar, anak kompleks omongin Kina. Habis pertandingan itu banyak yang stalking."
Erga diam dan menyantap makanannya membabi buta. Wajahnya sudah sangat merah padam. Lagipula dia juga tidak tertarik dengan Kina walau dia sering stalking keseharian cewek itu dari sosmed. Kina hanya gadis biasa dengan pola pikir sulit ditebak. Bagaimana bila mereka pergi kencan dan berargumen tanpa henti. Dia tak bisa membayangkannya.
"Lagian lo jomblo dari lahir, malu tuh sama tampang lo!"
👟👟👟
"Apa?" Gio menatap nanar cewek yang baru dia pacari seminggu itu. Rasanya Gio ingin membunuh dirinya sendiri atau pergi sejauh mungkin tanpa tahu apa-apa selain rasa sakit dihatinya.
"Maaf, Gi. Aku nggak bermaksud, kamu salah paham aja."
"Salah paham apa? Karena dia temen lo atau selingkuhan lo. Jangan-jangan lo yang selingkuh sama gue."
"Bukan Gi, dia emang temen aku di SMA. Dia cuma antar aku aja, kemarin kamu kan sibuk terus kan."
"Tapi kenapa sampai cium pipi? Mending kita putus aja!"
Tiara yang dihadapannya tiba-tiba menangis kencang. Baru seminggu mereka jadian dan itu sangat singkat. Bahkan mereka sudah kenal sejak lama dari masa SD.
"Kita bisa berbaiki ini Gi, kita bisa bangun semuanya dari awal. Biasanya kamu paling gentar buat usahakan, kita bisa. Aku emang salah diantar sama Wira, aku dipaksa Gi."
"Buat?" Gio berubah menjadi dirinya yang ketus kembali dihadapan Tiara.
"Buat kamu cemburu, maafin aku Gi. Kita nggak usah putus ya?
"Hah, udah. Kita akhiri aja, emang dari awal kita nggak cocok jadi pacar. Anggap aja kita temenan kayak dulu." Gio pergi menuju motornya tanpa memperdulikan Tiara yang mengejarnya.
"Nggak Gi, masa kita udahan sih. Kita bahkan belum nonton, belum apa-apa. Gio!!!"
"Maaf, lo kan tahu hal paling gue benci dijadikan orang yang paling bego di dunia. Kita selesai!"
Gio tak bisa menerima alasan apapun bahkan buktinya sudah jelas. Dia memergoki Wira mengantar Tiara sekolah dan ceweknya tanpa malu mencium pipi Wira. Hal paling mengesalkan adalah Wira pindah ke sekolahnya dan itu sangat tak bisa dia kontrol. Benar kata orang cinta itu buta. Semua orang akan tenggelam dalam kisah percintaan mereka sendiri. Menjadi paling benar dan menyalahkan orang lain. Karena ya, cinta itu buta.
Gio tersenyum pahit, tahu kisah cintanya selama itu hanya bertahan seminggu. Dia salah menilai Tiara yang selalu ikut olimpiade, juara kelas, dan orang baik dihadapannya. Benar kata orang jangan menilai dari covernya. Tiba-tiba dia teringat Kina, walau dia baru mengenalnya setidaknya di bukan cewek bermuka dua. Mungkin itu yang membuat orang-orang tertarik padanya.
👟👟👟
Salam ThunderCalp!🤗
Maaf kalau banyak typo!
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE & PLANET ( END )
Teen FictionApa jadinya dua planet saling bertabrakan? Satu kata yang pasti... Hancur... Apa jadinya Kina harus pindah sekolah dan bertemu orang-orang di masa lalunya? Jangan ditanya akan jadi apa dirinya menghadapi segala kemungkinan di depan. Dari kawan lama...