22. Gabung?

620 67 0
                                    

"Gue boleh gabung nggak?" Tanya Kina kepada keempat pemuda.

"Hah?"

Semua melongo mendengar penuturan dari Kina barusan. Bisa-bisanya cewek yang suka labil itu meminta satu kelompok. Pasti otak Kina terjadi kerusakan serius. Bagaimana bisa seenak jidatnya Kina ingin bergabung?

"Gue belum ada kelompok, tinggal kelompok kalian yang masih sisa satu. Boleh, ya." Kina memelas.

"Enak aja lo, sono cari yang lain. Gue nggak sudi satu kelompok sama lo!" Key mengusir Kina jauh-jauh.

"Please! Masak gue kerjain sendiri, apa kata bu Sri besok ada anak baru teraniyaya karena lima soal. Boleh, ya. Gue akan diam sama nurut. Janji!" Kina memperlihatkan deretan gigi rapinya.

"Bo-"

"Gabung aja, nanti jam 3 lo kerumah Key. Perum no. 32A." Jawab Erga memotong Ardan.

Belum sempat Ardan menjawab, Erga mendahuluinya. Entah apa yang menjadi alasan Erga berkata seperti itu. Yang jelas dia memasukan satu cewek bergabung dengan kelompoknya. Padahal dia tak suka akan kehadiran cewek labil macam Kina.

"Oke, thanks ya." Kina senang akhirnya mendapatkan kelompok. Pasalnya otaknya cuma seberapa tak mungkin bisa mengerjakan lima soal sendiri. Tanya Popong, kan tengsin.

"Lo gila!!!" Key memekik kesal. Erga langsung terima tanpa ada persetujuan darinya.

"Biarin aja, siapa tahu bisa jadi pembokat!" Ucap Erga santai.

Rahang Ardan mengeras menahan amarahnya. Tidak! Dia akan menjauhkan Kina dari Erga. Dia tahu isi otak Erga, suatu hal yang mengerikan akan terjadi. Walau dia senang adiknya menerima Kina bergabung. Namun, hatinya tak akan tenang.

"Bener lo, emang pinter lo." Key memukul pundak Erga kesenanagan.

"Gue emang pinter!"

Gio menepuk bahu Ardan. Terkadang musuh terbesar bukanlah musuh yang nampak melainkan musuh yang bersembunyi di dalam kata pertemanan.

👟👟👟

Dimas menunggu Kina didepan gerbang. Mereka sudah janjian pulang bersama hari ini. Yah, meski Kina duluan yang memaksa Dimas jemput. Tadi pagi Kina berangkat diantar ayahnya. Dia benar-benar menghindari satu meter dari Popong.

"Dim, lama ya?" Kina menghampiri Dimas dan meminta helm.

"Gue baru nyampe juga." Dimas menyerahkan helm.

"Makasih ya. Lo mau jemput gue."

"Woles, eh... Tumben lo dianter, lha si Popong mana?" Tanya Dimas celingak-celinguk.

Mulut Kina tertutup rapat, dia malas mendengar nama sahabatnya itu. Dia amat sangat kecewa akan kebohongan Popong. Entah, dia merasa ada yang aneh dengan Popong. Aneh sekali!

"Lagi berantem?"

"Hmm..."

"Ck, kalian kan sepupu, nggak baik berantem. Habis ini baikan! Kan nggak asik kalo berantem. Emangnya lo ada apa ampek berantem?"

"Hm. Nggak ada, cuma mau berantem." Jawab Kina memanyunkan bibirnya kesal.

"Hah... Cepet baikannya!" Perintah Dimas.

"Hm."

"Jawab yang bener!"

"Iya... Bang Dimas, dedek Kina baikannya kapan-kapan kalo lagi mood. Sekarang ayo pulang!" Kina mulai malas meladeni Dimas yang seperti kakaknya yang cerewat.

"Lo mah!" Dimas menyentil dahi Kina sehingga pemiliknya mengaduh kesakitan.

Dimas terkekeh dan melajukan motornya. Tanpa mereka tahu sepasang mata menatap mereka sinis. Orang itu mengepalkan tangannya sampai kukunya memutih.

LOVE & PLANET ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang